Translate

Mitos Seputar Candi Borobudur

Candi Borobudur memiliki beberapa mitos yang beredar di masyarakat sekitar candi. Mitos yang paling terkenal adalah Kunto Bimo, yaitu arca dalam stupa yang konon dapat mengabulkan permintaan. Stupa yang dimaksud adalah stupa sebelah kanan pada teras lingkaran yang pertama. Menurut cerita bila kita berhasil menyentuh bagian tertentu dari arca tersebut sambil mendoakan permohonan, maka keinginan kita akan terkabul. Bagian yang disentuh adalah posisi tangan atau mudra untuk pria, dan telapak kaki untuk wanita.
 
Ada juga mitos mengenai Singa Urung, yaitu sebutan masyarakat sekitar untuk sepasang arca singa pada sebelah kanan dan kiri tangga naik candi. Menurut cerita, sepasang kekasih yang lewat di antara kedua arca tersebut hubungannya tidak akan sampai pada jenjang pernikahan. Urung dalam bahasa Jawa dapat diartikan gagal.
 
Pada sebelah selatan Candi Borobudur terdapat perbukitan Menoreh. Bila diamati dari puncak candi, deretan perbukitan tersebut akan tampak seperti sesosok manusia sedang tertidur dengan kepala berada pada bagian barat. Menurut mitos, perbukitan tersebut merupakan jelmaan Gunadharma, yang disebut sebagai arsitek Candi Borobudur. Dikatakan bahwa dia beristirahat setelah melakuan pengerjaan candi yang memakan waktu hingga seratus tahun. Ada juga cerita yang mengatakan bahwa dulunya daerah sekitar Candi Borobudur merupakan danau. Cerita tersebut diperkuat dengan nama-nama desa di sekitar candi yang berkaitan dengan unsur air, seperti Sabrangrawa, Bumi Segara, Tuk Sanga, Ngaran, dll.

Sumber: http://borobudurkitakita.wordpress.com/beberapa-mitos-seputar-borobudur/

Legenda Seputar Candi Prambanan: Kisah Lara Jonggrang dan Bandung Bondowoso

Di dekat kota Yogyakarta terdapat candi Hindu yang paling indah di Indonesia. Candi ini dibangun dalam abad kesembilan Masehi. Karena terletak di desa Prambanan, maka candi ini disebut candi Prambanan tetapi juga terkenal sebagai candi Lara Jonggrang, sebuah nama yang diambil dari legenda Lara Jonggrang dan Bandung Bondowoso. Beginilah ceritanya.

Konon tersebutlah seorang raja yang bernama Prabu Baka. Beliau bertahta di Prambanan. Raja ini seorang raksasa yang menakutkan dan besar kekuasaannya. Meskipun demikian, kalau sudah takdir, akhirnya dia kalah juga dengan Raja Pengging. Prabu Baka meninggal di medan perang. Kemenangan Raja Pengging itu disebabkan karena bantuan orang kuat yang bernama Bondowoso yang juga terkenal sebagai Bandung Bondowoso karena dia mempunyai senjata sakti yang bernama Bandung.

Dengan persetujuan Raja Pengging, Bandung Bondowoso menempati Istana Prambanan. Di sini dia terpesona oleh kecantikan Lara Jonggrang, putri bekas lawannya -- ya, bahkan putri raja yang dibunuhnya. Bagaimanapun juga, dia akan memperistrinya.

Lara Jonggrang takut menolak pinangan itu. Namun demikian, dia tidak akan menerimanya begitu saja. Dia mau kawin dengan Bandung Bondowoso asalkan syarat-syaratnya dipenuhi. Syaratnya ialah supaya dia dibuatkan seribu candi dan dua sumur yang dalam. Semuanya harus selesai dalam waktu semalam. Bandung Bondowoso menyanggupinya, meskipun agak keberatan. Dia minta bantuan ayahnya sendiri, orang sakti yang mempunyai balatentara roh-roh halus.

Pada hari yang ditentukan, Bandung Bondowoso beserta pengikutnya dan roh-roh halus mulai membangun candi yang besar jumlahnya itu. Sangatlah mengherankan cara dan kecepatan mereka bekerja. Sesudah jam empat pagi hanya tinggal lima buah candi yang harus disiapkan. Di samping itu sumurnya pun sudah hampir selesai.

Seluruh penghuni Istana Prambanan menjadi kebingungan karena mereka yakin bahwa semua syarat Lara
Jonggrang akan terpenuhi. Apa yang harus diperbuat? Segera gadis-gadis dibangunkan dan disuruh menumbuk padi di lesung serta menaburkan bunga yang harum baunya. Mendengar bunyi lesung dan mencium bau bunga-bungaan yang harum, roh-roh halus menghentikan pekerjaan mereka karena mereka kira hari sudah siang. Pembuatan candi kurang sebuah, tetapi apa hendak dikata, roh halus berhenti mengerjakan tugasnya dan tanpa bantuan mereka tidak mungkin Bandung Bondowoso menyelesaikannya.

Keesokan harinya waktu Bandung Bondowoso mengetahui bahwa usahanya gagal, bukan main marahnya. Dia mengutuk para gadis di sekitar Prambanan -- tidak akan ada orang yang mau memperistri mereka sampai mereka menjadi perawan tua. Sedangkan Lara Jonggrang sendiri dikutuk menjadi arca. Arca tersebut terdapat dalam ruang candi yang besar yang sampai sekarang dinamai candi Lara Jonggrang. Candi-candi yang ada di dekatnya disebut Candi Sewu yang artinya seribu.

Sumber: http://www.budaya-indonesia.org/iaci/Legenda_Candi_Prambanan

Kondisi Penduduk Bumi 1000 Tahun Lagi

Sebagai manusia yang selalu penasaran, tentu kita semua juga penasaran bagaimanakah sebenarnya kehidupan di dunia 1000 tahun lagi. Nah... berikut ini saya temukan sebuah tulisan di internet, tentang ramalan atau hal yang mungkin akan terjadi pada 1000 tahun lagi dari saat ini. Oya...? Apakah gerangan kejadian yang akan terjadi pada 1000 lagi tersebut?
Foto Perkiraan Tahun 3000 di Kota Paris
2011
Penduduk dunia mencapai 7 miliar. Tranplantasi organ semakin populer

2012
Setelah menempuh perjalanan 6 bulan, manusia akhirnya sampai ke Mars, planet dambaan.

2015
Integrasi komputer-biologi mencapai tahap sempurna

2016
Perjalanan New York-London hanya ditempuh 1 jam dengan pesawat tercepat.

2017
Rencana perkampungan pertama dibangun di bulan.

2018
Mata uang internasional pertama diperkenalkan.

2020
Robot rumah semakin populer. Pasar-pasar swalayan di Jedah dan Riyadh selalu kehabisan stok robot-robot wanita. Hotel pertama di ruang Angkasa dibuat.

2022
Populasi ruang angkasa mencapai 100 orang

2025
Robot-manusia mulai diciptakan.

2027
Tempat tinggal permanen di Mars mulai dibangun.

2033
Penggunaan mobil dilarang di seluruh kota besar, persis sama ketika Pemda DKI melarang penggunaan becak. Sebagai gantinya, air-car atau mobil terbang.

2036
Hovercars (mobil terbang) sudah mulai digunakan untuk travel internasional.

2045
Populasi ruang angkasa mencapai 1000 orang

2050
Anti-gravitasi ditemukan.

2063
Perjalanan dengan kecepatan cahaya mulai diperkenalkan.

2065
Populasi ruang angkasa mencapai 10.000 orang. Sebagian besar tinggal
dihotel-hotel ruang angkasa.

2080
Kota pertama di orbit Bumi dibangun.

2100
Sebagian besar penyakit abad ke-21, termasuk AIDS, telah dinyatakan non-exist.

2113
Bumi memiliki satu pemerintahan. Tidak ada lagi batas-batas negara. Timor-Timur tetap meminta wilayahnya sendiri yang independen.

2120
Populasi ruang angkasa mencapai 1 juta orang.

2150
Teleportasi quantum mulai diperkenalkan.

2200
Populasi ruang angkasa mencapai miliaran, Bumi semakin sepi.

2300
Titan, Mars, dan Bulan menjadi koloni manusia.

2500
Perjalanan antar-bintang mulai diperkenalkan. Beberapa galaksi Baru Yang diduga memiliki kehidupan lain ditemukan.

31 Desember 2999
Seluruh manusia menunggu kedatangan hari kiamat. 1 Januari 3000 Hari kiamat tidak terjadi. Manusia bersorak gembira.

3264
Alien pertama ditemukan di sebuah planet dalam sistem galaksi Sperikal.Bukan makhluk cerdas, tapi "seekor"
makhluk mirip ikan dan bunglon yang hidup di rawa-rawa planet itu.

3265
Akhirnya fosil pembaca tulisan ini ditemukan setelah hilang berabad-abad. Ha....ha....ha.....

Sumber: kaskus.us

Download Program Aplikasi Sekolah (PAS)

Hasil workshop di surabaya ternyata dapat satu aplikasi yang katanya untuk komputerisasi data sekolah, yang disebut Program Aplikasi Sekolah (PAS). Hampir seluruh data sekolah dapat terekam melalui aplikasi yang satu ini, istilah bekennya all in one. Saya sempat utak-atik sebentar (tidak semua item dicoba), dan hasilnya luar biasa, ya itu tadi all in one. Ukuran totalnya sekitar 125MB, operasinya juga relatif ringan. Jika diperhatikan sepintas program ini memang jlimet atau istilah lainnya bikin ruwet, mampet, repot dsb. Tapi ternyata mudah, mengingat manfaatnya yang besar. Jika anda ingin memanfaatkannya dengan catatan jika anda punya iman yang kuat, sabar dan punya banyak waktu di depan komputer (jangan lupa makan jus wortel).
Langsung saja, daripada saya terlalu banyak menjelaskan malah gak nyambung (maklum karena saya juga baru kenal dengan aplikasi PAS). Untuk mendownload tutorialnya bisa anda download disini. Lalu bagaimana dengan Instalernya? Sebetulnya pada bagian CD terdapat peringatan ‘milik negara, tidak untuk diperjual belikan’. Karena kalimatnya seperti itu maka asumsi saya tidak jadi masalah selama tidak saya jual (kalo salah ya maaf). Silahkan untuk Mendownload Instaler PAS SMP dan lain-lain bisa anda downlod disini. Kalo untuk yang SMA bisa anda download disini.
Bagaimana jika kemudian muncul program PAS dengan versi lebih baru? apa entri kita selama ini jadi sia-sia?. Setelah cari-cari informasi, ada kabar gembira. Setiap PAS muncul dalam versi baru, selalu ada patch untuk menyesuaikan versi lama ke versi baru, untuk patchnya bisa didownload di www.dit-plp.go.id.
Bagaimana dengan cara pengoperasiannya? Lho bagaimana lagi…..Tenang saja jika tidak salah semuanya sudah jadi satu paket dengan Instaler yang sudah anda download di atas.
Sekian dulu, semoga bermanfaat bagi sekolah anda, jika tidak? Juga tidak jadi masalah…ha..ha…

Sumber, Bukti dan Fakta Sejarah


1.Sumber Sejarah
Beberapa pendapat dari ahli
a. R. Moh Ali
Sumber sejarah adalah segala sesuatu yang berwujud dan tidak berwujud serta berguna bagi penelitian sejarah Indonesia sejak zaman Purba sampai sekarang.
b. Zidi Gozalba
Sumber sejarah adalah warisan yang berbentuk lisan, tertulis, dan visual.
c.Muh yamin
sumber sejarah adalah kumpulan benda kebudayaan untuk membuktikan sejarah.
Dapat disimpulkan bahwa sumber sejarah adalah segala warisan kebudayaan yang berbentuk lisan, tertulis, visual serta daapat digunakan untuk  mencari kebenaaran, baik yang terdapat di Indonesia maupun di luar wilayah Indonesia sejak zaman Prasejarah sampai sekarang.
 
Berdasarkan bentuknya sumber sejarah terbagi menjadi 3 yaitu:
a.Sumber tertulis
sumber tertulis adalah segala keterangan dalam bentuk laporan tertulis yang memuat fakta-fakta sejarah secara jelas. sumber uini dapat ditemukan  pada batu, kayu, kertas, dinding gua.
b.Sumber lisan
sumber lisan adalah segala keterangan yang dituturkan oleh pelaku atau saksi peristiwa yangterjadi di masa lalu. sumber ini merupakan sumber pertama yang digunakan manusia dalam mewariskan suatu peristiwa sejarah namun kadar kebenaran nya  sangat terbatas karena terntung pada kesan, ingatan, dan tafsiran si pencerita.
c.Sumber benda
Sumber benda adalah segala keterangan yang dapat diperoleh dari benda-benda peninggalan budaya atau lazim dinamakan  benda-benda purbakala atau kuno. sumber ini dapat ditemukan pada benda-benda yang terbuat dari batu, logam, kayu, tanah.

Sumber sejarah dapat juga dibedakan menjadi:
a.Sumber Primer
sumber primer adalah kesaksian dari seorang saksi yang melihat peristiwa bersejarah dengan mata kepala sendiri atau saksi denganmenggunakan panca indera lain atau dengan alat mekanis yang hadir pada peristiwa itu (saksi pandangan mata, misalnya kamera, mesin ketik, alat tulis, kertas. sumber primer haruslah sezaman  dengan peristiwa yang dikisahkan.
b.Sumber Sekunder
sumber sekunder adalah kesaksian dari siapa pun yangbukan  merupakan saksi pandangan mata, yaitu seseorang yang tidak hadir  pada peristiwa yang dikisahkan . misalnya hasil liputan  koran dapat menjadi sumber sekunder  karena koran tidak hadir langsung pada suatu peristiwa. peliputnya (wartawan) yang hadir pada peristiwa itu terjadi.

2.Bukti Sejarah
Bukti sejarah terbagi menjadi:
a.Bukti tertulis
Bukti tertulis miripp dengan sumber tertulis pada sumber sejarah yang memuat fakta-fakta sejarah secara jelas. bukti tidak tertulis dapat berupa cerita atau tradisi.
b.Bukti tidak tertulis
Bukti tidak tertulis sudah barang tentu tidak berwujud benda konkret, meskiopun demikian mengandung unsur-unsur sejarah. bukti tidak tertulis dapat berupa cerita atau tradisi.

3.Fakta Sejarah
Fakta Sejarah adalah data yang terseleksi yang berasal dari berbagai sumber sejarah. Fakta sejarah akan diperoleh melalui tahapan-tahapan dalam penelitian sejarah. Dalam fakta sejarah  terdapat beberapa unsur, yaitu:
a.Fakta Mental
Fakta Mental adalahkondisi yang dapat  menggambarkan kemungkinan suasaana alam, pikiran, pandangan hidup, pendidikan, status sosial, perasaan, dan sikap yang mendasari penciptaan suatu benda. misalnya pembuatan pembuatan nekara perunggu.
b.Fakta Sosial
Fakta Sosial adalah kondisi yang dapat  menggambarkan tentang  keadaan sosial di sekitar tokoh pencipta benda, seperti suasana zaman, keadaan lingkungan, dan sistem kemasyarakatannya. berdasarkan hasil penemuan benda-benda sejarah , seorang sejarawan dapat memperkirakan fakta sosialnya.

Bukti dan fakta sejarah merupakan kumpulan peristiwa yang dipilih berdasarkan tingkat keterkaitannya dengan proses sejarah tertentu. berbagai macam  fakta yang pada awalnya berdiri sendiri direkonstruksi kembali menjadi satu kesatuan yang saling berhubungan  dan bermakna. berbagai peristiwa masa lalu, bahkan ratusan tahun lalu yang dapat direkonstruksi kembali berdasarkan sumber-sumber sejarah.

Proses Terjadinya Tsunami

Tsunami adalah gelombang laut berskala besar yang disebabkan oleh pergerakan tiba-tiba dari lantai samudera. Pergerakan tiba-tiba ini dapat berupa gempabumi, letusan gunngapi yang sangat besar, atau adanya longsoran bawahlaut. Benturan meteorit juga dapat menyebabkan tsunami. Gelombang tsunami merambat di laut terbuka dengan sangat cepat dan membentuk gelombang besar ketika memdekati pantai / laut dangkal.
Zona penunjaman dan area gesekan antara dua lempeng
Zona penunjaman merupakan area yang potensial bagi bencana tsunami. Karena di zona ini akan banyak sekali dijumpai titik-titik pusat gempa dan rangkaian jalur gunungapi. 

Sebagian besar tsunami disebabkan oleh gempa bumi pada zona penunjaman, area dimana lempeng samudera berbenturan dan menunjam di bawah lempeng benua. Gesekan antara dua lempeng ini mengakumulasikan energi yang sangat besar yang sewaktu-waktu dapat dilepaskan secara tiba-tiba sebagai gempa bumi.
Akumulasi energi yang menyebabkan penekukan perlahan pada lempeng benua
Energi yang terakumulasi ini secara perlahan menyebabkan penekukan perlahan pada kerak benua. Meskipun kita yang tinggal di atasnya tidak akan merasakan penekukan tersebut. Akumulasi energi ini serupa dengan energi yang tersimpan kalau kita menekan sebuah pegas atau membengkokan batang rotan. Saat tekanan kita lepaskan, energi pada pegas atau rotan akan dilepaskan untuk mengembalikannya ke bentuk semula. Akumulasi energi pada lempeng benua ini dapat berlangsung dalam jangka waktu yang sangat lama, puluhan tahun atau bahkan abad.
Akumulasi energi mencapai titik jenuh dan menyebabkan gempa bumi serta memulai tsunami
Nah, kalau energi ini sudah mencapai titik jenuhnya, yaitu saat akumulasinya telah melampaui tekanan akibat gesekan lempeng samudera, akumulasi energi ini akan terlepaskan sebagai gempa bumi. Pergerakan tiba-tiba ini mengharuskan sejumlah besar massa air di atasnya harus segera berpindah tempat, kena gusur dan terpaksa mencari tempat menjauh dari titik pusat gempa. Kalau bebetulan di sekitarnya ada daratan, ya mereka rame-rame pindah ke daratan. Menyapu semua yang ada di atasnya, seperti yang terjadi di Aceh (2004).
Gelombang tsunami bergerak menjauhi titik pusat gempa
Tidak semua gempa bumi dapat mengakibatkan tsunami. Agar dapat terjadi tsunami, syaratnya antara lain; Titik pusat gempanya di laut, magnitude-nya besar (sekurang-kurangnya 6.5 skala Richter), terjadi pensesaran dip-slip, dan hiposentrum dangkal (kurang dari kedalaman 30 km).
Tsunami dapat melintasi samudera dengan sangat cepat, gambar di bawah ini menunjukkan bagaimana tsunami yang terjadi di pantai Chile, tahun 1960, melintasi Samudera Pasifik dan tiba di Hawaii hanya sekitar 15 jam dan Jepang dalam waktu kurang dari 24 jam.
Tsunami melintasi Samudera Pasifik
Letusan gunungapi dalam skala sangat besar juga dapat menyebabkan tsunami. Salah satu contoh yang melegenda tentunya letusan Gunung Krakatau di Selat Sunda. Hal ini terjadi karena letusan tersebut menghancurkan dan mengangkat seluruh tubuh gunungapi ke udara, kemudian dihempaskan kembali ke lautan.
 

Denudasi dan Pembentukan Bentang Lahan

Denudasi berasal dari kata dasar nude yang berarti telanjang, sehingga denudasi berarti proses penelanjangan permukaan bumi, atau kita bisa menyebut denudasi sebagai proses yang menyebabkan perendahan relief daratan.  Denudasi cendurung akan menurunkan bagian permukaan bumi yang positif hingga mencapai bentuk permukaan bumi yang hamper datar membentuk dataran nyaris (pineplain).


Denudasi meliputi dua proses utama yaitu Pelapukan dan perpindahan material dari bagian lereng atas ke lereng bawah oleh proses erosi dan gerak massa batuan (masswashting).

Pelapukan
Pelapukan adalah proses berubahnya sifat fisik dan kimia batuan di permukaan dan atau dekat permukaan bumi tanpa di sertai perpindahan material. Pelapukan dapat dibagi manjadi pelpukan fisik, dan pelapukan biotic. Pelapukan fisik merupakan proses pecahnya batuan menjadi ukuran yang lebih kecil tanpa diikuti oleh perubahan komposisi kimia batuan. Perubahan kimia merupakan proses berubahnya komposisi kimia batuan sehingga menghasilkan mineral sekunder.

Factor pengontrol pelapukan adalah batuan induk, aktivitas organism, topografi, dan iklim. Didalam evolusi bentanglahan yang menghasilkan bentuklahan dedasuonal M. W. Davis mengemukakan adanya3 faktor yang mempengaruhi perkembangan bentuklahan struktur geologi, proses geomorfologi, waktu. Dengan adanya factor tersebut maka dalam evolusinya, bentuklahan melewati beberapa stadium ; stadium muda, stadium dewasa, stadium tua.

Banyak klasifikasi gerak massa batuan tetapi semuanya dapat diklasifikasikan berdasarkan tipe gerakannya

a. Gerakan lambat
Tipe ini disebut tipe rayapan ; (rayapan tanah, rayapan batuan, rayapan batuan gletsyer, dan solifluction.

b. Gerakan cepat
Tipe ini dosebut tipe aliran ; (aliran lumpur , aliran tanah

c. Gerakan sangat cepat
Tipe gerakan ini disebut longsorlahan (landslide) yang terdiri dari Jatuh bebas : rock-fall, earth-fall Longsoran : rockslide, earthslide, debrisslide

d. Terban
Jatuhnya material batuan secara vertical tanpa adanya gerakan horizontal.

Bentukan lahan asal denudasional
1. Pegunungan denudasional
2. Perbukitan denidasional
3. Perbukitan terisolasi
4. Nyaris dataran
5. Lereng kaki
6. Gabungan kipas kolluvial
7. Dinding terjal
8. Rombakan kaki lereng
9. Lahan rusak
10. Daerah dengan gerak massa
11. Keruvut talus
12. Monadnock





Erosi

Erosi adalah proses terlepsnya agrerat material (tanah atau batuan lapuk) dan terpindahkannya material tersebut ke tempat lain. 

Sumbe: http://udhnr.blogspot.com/

Siklus Hidrologi

Pada saat air hujan jatuh ke bumi,sebagian air jatuh langsung ke permukaan bumi dan ada juga yang terhambat oleh vegetasi (Intersepsi). Intersepsi memiliki 3 macam, yaitu interception loss, through fall, dan stem flow. Interception loss adalah air yang jatuh ke vegetasi tetapi belum sampai mencapi tanah sudah menguap. 

Through fall adalah air hujan yang tidak langsung jatuh ke bumi, tetapi terhambat oleh dedaunan terlebih dahulu. Stem flow adalah air hujan yang jatuh ke vegetasi dan mengalir melalui batang vegetasi tersebut. Air hujan yang terhambat vegetasi sebagian ada yang menguap lagi atau mengalami evaporasi ada juga yang kemudian jatuh ke permukaan tanah (through fall). Air hasil through fall ini mengalir di permukaan dan berkumpul di suatu tempat menjadi suatu run off seperti sungai, danau, dan bendungan apabila kapasitas lengas tanah sudah maksimal yaitu tidak dapat menyerap air lagi. Dalam lengas tanah, ada zona aerasi yaitu zona transisi dimana air didistribusikan ke bawah (infiltrasi) atau keatas (air kapiler). Semakin besar infiltrasi, tanah akan semakin lembab dan setiap tanah memiliki perbedaan kapasitas penyimpanan dan pori-pori tanah yang berbeda-beda. Vegetasi mengalami fotosintesis pada saat siang hari dan mengalami transpirasi. Peristiwa berkumpulnya uap air di udara dari hasil evaporasi dan transpirasi disebut evapotranspirasi. Evapotranspirasi dikontrol oleh kondisi atmosfer di muka bumi. Evaporasi membutuhan perbedaan tekanan di udara. Potensi evapotranspirasi adalah kemampuan atmosfer memindahkan air dari permukaan ke udara, dengan asumsi tidak ada batasan kapasitas.



gambar siklus hidrologi


Air yang jatuh di permukaan sebagian ada yang mengalami infiltrasi atau diserap oleh tanah. Kapasitas infiltrasi tergantung dari tekstur tanah, vegetasi, lengas tanah, kemiringan lereng, dan waktu. Air tersebut memasuki celah-celah batuan yang renggang di dalam bumi atau mengalami perkolasi untuk mengisi persediaan air tanah. Air tanah dapat muncul ke permukaan tanah karena air memiliki kapilaritas yang tinggi. Dalam air tanah ada zona aquifer (zona penahan air) yaitu menyediakan simpanan air yang besar yang mengatur siklus hidrologi dan berpengaruh pada aliran air. Air tanah juga dapat menyuplai debit air sungai apabila jalur air tanah terputus oleh jalur sungai. Air tanah dapat berkurang apabila digunakan manusia untuk keperluan sehari-hari.

Selain itu, air yang langsung jatuh ke permukaan tanah langsung mengisi channel storage contohnya sungai, danau, dan bendungan lalu menjadi run off. Tipe-tipe-tipe aliran adalah Over land flow, through flow, dan base flow. Over land flow terjadiapabila ketika kapasitas presipitasi melebihi batas infiltrasi. Through flow adalah air perkolasi yang bergerak di zona perkolasi yang bergerak pada horizon tanah. Baseflow adalah air yang bergerak di atas aliran air untuk pengukuran muka air. Channel storage ini mengalami infiltrasi untuk mengisi persediaan air tanah apabila dasar suatu channel storage jaraknya jauh dari tempat persediaan air tanah. Sebagian air pada channel storage mengalami evaporasi kembali karena pengaruh panas matahari. 
 
Sumber: http://udhnr.blogspot.com/

Kondisi Geologi Indonesia: Pertemuan lempeng Indo-Australia, Eurasia dan Lempeng Pasific

Peta Tektonik dan Gunung Berapi di Indonesia. Garis biru melambangkan batas antar lempeng tektonik, dan segitiga merah melambangkan kumpulan gunung berapi. Sumber: MSN Encarta Encyclopedia
Indonesia merupakan daerah pertemuan 3 lempeng tektonik besar, yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan lempeng Pasific. Lempeng Indo-Australia bertabrakan dengan lempeng Eurasia di lepas pantai Sumatra, Jawa dan Nusatenggara, sedangkan dengan Pasific di utara Irian dan Maluku utara. Di sekitar lokasi pertemuan lempeng ini akumulasi energi tabrakan terkumpul sampai suatu titik dimana lapisan bumi tidak lagi sanggup menahan tumpukan energi sehingga lepas berupa gempa bumi. Pelepasan energi sesaat ini menimbulkan berbagai dampak terhadap bangunan karena percepatan gelombang seismik, tsunami, longsor, dan liquefaction. Besarnya dampak gempa bumi terhadap bangunan bergantung pada beberapa hal; diantaranya adalah skala gempa, jarak epicenter, mekanisme sumber, jenis lapisan tanah di lokasi bangunan dan kualitas bangunan.

Peristiwa tektonik yang cukup aktif, selain menimbulkan gempa dan tsunami, juga membawa berkah dengan terbentuknya banyak cekungan sedimen (sedimentary basin). Cekungan ini mengakomodasikan sedimen yang selanjutnya menjadi batuan induk maupun batuan reservoir hydrocarbon. Kadungan minyak dan gas alam inilah yang kini banyak kita tambang dan menjadi tulang punggung perekonomian kita sehingga tahun 1990-an.



Kondisi Tektonik di Kepulauan Indonesia

Indonesia, juga merupakan negara yang secara geologis memiliki posisi yang unik karena berada pada pusat tumbukan Lempeng Tektonik Hindia Australia di bagian selatan, Lempeng Eurasia di bagian Utara dan Lempeng Pasifik di bagian Timur laut. Hal ini mengakibatkan Indonesia mempunyai tatanan tektonik yang komplek dari arah zona tumbukan yaitu Fore arc, Volcanic arc dan Back arc. Fore arc merupakan daerah yang berbatasan langsung dengan zona tumbukan atau sering di sebut sebagai zona aktif akibat patahan yang biasa terdapat di darat maupun di laut. Pada daerah ini material batuan penyusun utama lingkungan ini juga sangat spesifik serta mengandung potensi sumberdaya alam dari bahan tambang yang cukup besar. Volcanic arc merupakan jalur pegunungan aktif di Indonesia yang memiliki topografi khas dengan sumberdaya alam yang khas juga. Back arc merupakan bagian paling belakang dari rangkaian busur tektonik yang relatif paling stabil dengan topografi yang hampir seragam berfungsi sebagai tempat sedimentasi. Semua daerah tersebut memiliki kekhasan dan keunikan yang jarang ditemui di daerah lain, baik keanegaragaman hayatinya maupun keanekaragaman geologinya.
Indonesia merupakan negara yang secara geologis memiliki posisi yang unik karena berada pada pusat tumbukan Lempeng Tektonik Hindia Australia di bagian selatan, Lempeng Eurasia di bagian Utara dan Lempeng Pasifik di bagian Timur laut. Lempeng Indo-Australia bertabrakan dengan lempeng Eurasia di lepas pantai Sumatra, Jawa dan Nusatenggara, sedangkan dengan Pasific di utara Irian dan Maluku utara. Hal ini mengakibatkan Indonesia mempunyai tatanan tektonik yang komplek dari arah zona tumbukan yaitu Fore arc, Volcanic arc dan Back arc. Fore arc merupakan daerah yang berbatasan langsung dengan zona tumbukan atau sering di sebut sebagai zona aktif akibat patahan yang biasa terdapat di darat maupun di laut. Pada daerah ini material batuan penyusun utama lingkungan ini juga sangat spesifik serta mengandung potensi sumberdaya alam dari bahan tambang yang cukup besar.

Implikasi dari proses tektonik yang membentuk kepualauan Indonesia bisa dilihat pada gambar dibawah ini:

Sebaran Gunungapi dan Titik Pusat Gempa di Kepulauan Indonesia
Sebaran Gunungapi dan Titik Pusat Gempa di Kepulauan Indonesia

Gambar di atas menunjukkan sebaran gunung api (segitiga merah), titik gempa (tanda plus ungu) dan hot spot (tanda bintang jingga). Rangkaian gunungapi dan titik gempa selalu berasosiasi dengan zona penunjaman (bisa anda lihat pada gambar pertemuan lempeng di atas). Pulau Sumatra, Jawa, Flores, Maluku, Sulawesi dan bagian utara Papua akan rawan dengan gunungapi dan gempa. Hampir seluruh kepulauan di Indonesia memiliki potensi gempa kecuali pulau Kalimantan yang relatif aman.


Sumber: wikipedia, http://yudi81.wordpress.com/, http://udhnr.blogspot.com/

Pembangunan Smart Tunnel Kuala Lumpur-Malaysia

Sebetulnya sudah banyak artikel yang membahas tentang Smart Tunnel yang dimiliki negara tetangga kita Malaysia. Pembangunan terowongan yang kemudian diberi nama smart tunnel ini tujuan utamanya adalah mengatasi banjir ibu kota Malaysia. Kemudian dikembangkan untuk berbagai jenis keperluan seperti terowongan untuk LRT (Light Trainsport Railway), Jalan tol, hingga yang dipergunakan untuk hybrid (jalan tol sekaligus untuk pengendali banjir. Kebijakan membangun teknologi ini merupakan hal yang luar biasa, mengingat biaya yang dihabiskan mencapai 3,9 triliun serta kemungkinan kesalahan penghitungan dan analisa para teknisi.

Terowongan yang dibangun tepat dibawah kota Kuala Lumpur. terowongan serba guna (multi purpose) yang dimulai dari dalam kota hingga mendekati Kuala Lumpur International Airport (KLIA) melalui Seremban Expressway yang diberi nama Stormwater Management and Road Tunnel (SMART). Terowongan itu terdiri dari 2 komponen yaitu Terowongan Banjir (Stormwater Tunnel) sepanjang 9,7 km (6 mil) dan Terowongan Kendaraan (Motorway Tunnel )sepanjang 4 km (2,5 mil) dengan 4 lajur yangbersusun dua (double-deck).

Jadi uniknya terowongan itu selain berfungsi untuk mengalirkan banjir bandang (flash flood) ke sungai juga dipakai untuk lalulintas kendaraan kecil (terlarang bagi sepeda motor dan kendaraan berat) dengan dipungut bayaran hanya untuk penumpangnya saja. Dalam kondisi normal terowongan dipakai untuk arus lalulintas kendaraan, sedangkan dalam kondisi banjir besar terowongan segera ditutup untuk lalulintas kendaraan dan baru dibuka kembali setelah 48 jam berlalu. 

Dalam standart operasinya, ada tiga mode pengoperasian Smart Tunnel. Ketika kondisi hujan normal maka Smart Tunnel akan dialiri air pada bagian lantai pertama saja, arus transportasi tetap digunakan. Ketika terjadi Hujan dalam tingkat tinggi maka seluruh lantai pada Smart Tunnel akan difungsikan sebagai saluran air.

Terowongan dilengkapi dengan control room yang canggih dengan menerapkan sistem terbaru dalam manajemen operasi, pengawasan dan pemeliharaan dari SMART System. Untuk sistem ventilasi dibuat lubang ventilasi setiap interval 1 km dan air fresh injector untuk memasukkan udara segar kedalam terowongan dari fan yang dipasang diluar terowongan. Dalam terowongan terdapat alat pemadam kebakaran, telekomunikasi dan peralatan pemantau setiap jarak 1 km. Masa konstruksi terowongan itu berlangsung 4 tahun, dimulai pada tahun 2003 dan selesai tahun 2007 dengan menggunakan metode pengeboran tanah menggunakan alat TBM (Tunnel Boring Machine). 

Terbukti setelah beroperasi terowongan tersebut dapat membebaskan puluhan kali kota KL dari banjir besar yang melandanya sehingga kota KL berani mengklaim sebagai satu-satunya kota didunia yang bebas banjir. Langkah keberhasilan Malaysia kiranya dapat menjadi contoh bagi kita dalam mengatasi masalah banjir yang tidak pernah selesai. Semoga saja suatu saat kota-kota langganan banjir di indonesia bisa memiliki teknologi untuk mengatasi banjir.

Epigrafi

Epigrafi adalah suatu cabang arkeologi yang berusaha meneliti benda-benda bertulis yang berasal dari masa lampau. Salah satu contohnya adalah prasasti. Prasasti merupakan sumber bukti tertulis (berupa tulisan ataupun gambar) pada masa lampau yang dapat memberikan informasi mengenai peristiwa dimasa lampau, asal-usul seorang raja atau tokoh atau genealogi maupun penanggalan.

Tujuan arkeologi adalah merekonstruksi sejarah masa lampau berdasarkan apa yang dapat ditemukan kembali dengan ketrampilan dan penguasaan metode ekskavasi pada benda-benda masa lampau. Jika benda tinggalan tersebut berupa prasasti maka ahli epigrafi akan mengelolanya agar dapat diketahui kapan terjadinya, siapa tokoh pemerintahannya serta apa isi yang terkandung pada prasasti tersebut.Ahli epigrafi mempunyai kemampuan menganalisis prasasti dengan kemampuannya untuk membaca tulisan kuno, baik berupa huruf kuno maupun bahasa kuno.

Tugas seorang ahli epigrafi sekarang ini tidak saja meneliti prasasti-prasasti yang belum di publikasikan melainkan juga meneliti kembali prasasti yang baru terbit dalam transkripsi sementara. Kemudian ahli epigrafi tersebut harus menterjemahkan prasasti itu ke dalam bahasa yang digunakan saat ini sehingga para peneliti lain, khususnya ahli-ahli sejarah dapat menggunakan berbagai macam keterangan yang terkandung di dalam prasasti-prasasti itu.

Dalam menjalankan tugas-tugasnya, ahli epigrafi banyak menjumpai berbagai macam hambatan. Menurut arkeolog Indonesia yang menekuni bidang epigrafi yaitu Drs.Hasan Djafar, masalah yang pertama adalah karena banyak prasasti terutama prasasti batu, yang sudah demikian usang sehingga sulit untuk membacanya. Ia harus membaca bagian-bagian yang usang tersebut berkali-kali sampai mendapatkan pembacaan yang memuaskan. Dengan menguasai bentuk huruf kuno dengan segala lekuk likunya, dan dengan senantiasa membanding-bandingkan huruf-hurufnya yang usang itu dengan huruf-huruf yang masih jelas, seorang ahli epigrafi berusaha untuk memperoleh pembacaan yang selengkap-lengkapnya. Kedua, dihadapkan pada waktu menterjemahkan prasasti-prasasti itu. Pengetahuan mengenai bahasa-bahasa kuno yang digunakan dalam prasasti masih belum cukup untuk memahami sepenuhnya makna yang terkandung di dalam naskah-naskah itu.

Ahli epigrafi bak detektif yang mencari tahu mengenai kehidupan maupun peristiwa masa lampau melalui kode-kode rahasia berupa huruf maupun gambar melalui kemampuannya dalam menganalisis. Sehingga masyarakat, khususnya ahli sejarah dan arkeologi, mendapatkan informasi sejarah yang jelas dan valid. Seorang ahli epigrafi dibutuhkan dalam memecahkan sebuah catatan sejarah yang ditulis oleh masyarakat masa lampau agar dapat dimengerti oleh masyarakat saat ini.

Sumber: http://www.indonesiakuno.com/

Kedatangan Bangsa Eropa ke Indonesia

Dalam pencarian mereka untuk rempah-rempah, orang Portugis tiba di Indonesia pada 1511. Ini berkat kemenangan mereka atas kerajaan Islam Malaka di Semenanjung Malaya. Kemudian diikuti oleh Spanyol. Keduanya mulai menyebarkan agama Kristen dan paling berhasil di Minahasa dan Maluku.
Sultan Aceh di Sumatera, Sultan Demak di Jawa, dan Sultan Ternate di kepulauan Maluku bergabung untuk mencoba menangkis Portugis. Pada waktu itu kekuatan dan kedaulatan kesultanan Ternate diakui lebih dari 72 pulau, termasuk Pulau Timor. Pada 1570, Portugis berhasil membunuh Sultan Ternate, Khairun. Namun penggantinya, Sultan Baabullah, mengepung benteng Portugis di Ternate. Baabullah kemudian bersekutu dengan Belanda untuk menghadapi Portugis dan Spanyol.
Pada 1651 Belanda menginvasi Kupang di Timor Barat. Kehadiran Belanda di Timor berlangsung selama 200 tahun. Pada 20 April 1859, Belanda mengadakan perjanjian dengan Portugal untuk membagi Timor dalam kendali masing-masing: Belanda menduduki bagian barat dan Portugis bagian timur pulau itu. Sejak saat itu Portugis dapat mengamankan kontrol penuh atas Timor Timur sampai meninggalkan kawasan ini pada 1975.

Awal Mula Kolonialisme Belanda.
Menyusul Portugis dan Spanyol, Belanda pun memulai pencarian rempah-rempah Indonesia untuk dijual di pasar Eropa. Mereka mengharapkan keuntungan yang besar. Untuk tujuan perdagangan yang lebih efisien dan lebih baik, mereka mendirikan serikat dagang untuk India dan wilayah timur yang disebut VOC atau Kompeni pada 1602.
Pada era yang sama Kerajaan Mataram Hindu mulai beralih menjadi pemeluk agama Islam. Sultan pertamanya adalah Sultan Agung Hanyokrokusumo. Dia mengembangkan kekuasaan politik negara dan kebudyaan. Sultan Agung adalah musuh bebuyutan bagi Belanda. Pada 1629 ia mengirim pasukan untuk menyerang Batavia, tapi mereka dipukul mundur oleh pasukan Gubernur Jenderal Jan Pieterszoon Coen.
VOC memasuki Maluku, di Ambon pada tahun 1605 dan Pulau Banda pada tahun 1623. Kedua tempat ini merupakan aset utama Belanda untuk memonopoli perdagangan rempah-rempah. Taktik devide et impera atau “Pecah Belah dan Kuasai”, banyak dilakukan Belanda. Dengan cara ini perdagangan antarpulau, seperti antara Makassar, Aceh, Mataram, dan Banten serta perdagangan luar negeri, perlahan-lahan lumpuh. Pada saat yang sama, Belanda menerapkan kebijakan pintu terbuka terhadap Cina agar mereka dapat bertindak sebagai perantara dalam perdagangan mereka dengan Indonesia.
Sultan Hasanuddin dari Goa mengobarkan perang melawan Belanda pada 1666. Namun dikalahkan sehingga Goa menjadi negara pengikut VOC di bawah perjanjian Bunggaya (1667). Pangeran Trunojoyo dari Madura juga melawan Belanda. Ia dikalahkan dan dibunuh pada 1680.
Untuk memperkuat monopoli rempah-rempah mereka di Maluku, Belanda melakukan ekspedisi Hongi. Mereka membakar kebun-kebun cengkeh rakyat dalam upaya untuk menghilangkan kelebihan produksi, sehingga meruntuhkan harga cengkeh di pasar Eropa. Dalam ekspedisi ini kekejaman Belanda dilakukan terhadap orang-orang yang mempertahankan tanaman mereka.
Tahun 1740 Belanda menekan pemberontakan di Jakarta yang dipicu oleh ketidakpuasan terhadap Cina. Sepuluh ribu Cina dibantai.
Kerajaan Mataram mulai terlihat kejatuhannya setelah dibagi oleh VOC ke dalam kerajaan Yogyakarta dan Surakarta. Namun, salah urus dan korupsi memaksa VOC bangkrut dan pada 31 Desember 1799. Sejak itu semua wilayah di Indonesia diambil alih oleh Pemerintah Belanda di Batavia.
Setelah nasionalisasi VOC pada 1799, Pemerintah Belanda mencengkeram wilayah-wilayah vital negara. Orang-orang di wilayah-wilayah tersebut dipaksa untuk menyerahkan hasil pertanian mereka kepada para pedagang Belanda. Ini merupakan awal kolonialisme Belanda di Indonesia.

Era Kekuasaan Inggris.
Selama perang Napoleon di Eropa ketika Belanda diduduki oleh Perancis, Indonesia jatuh di bawah kekuasaan British East India Company (1811-1816). Sir Thomas Stanford Raffles diangkat sebagai Letnan Gubernur Jenderal Jawa. Dia bertanggung jawab kepada Gubernur Jenderal di Bengal, India.
Raffles memperkenalkan sebagian pemerintahan sendiri dan menghapuskan perdagangan budak. Dia juga memperkenalkan sistem kepemilikan tanah, menggantikan sistem pertanian tanam paksa Belanda. Borobudur dan candi lain diperbaiki. Juga melakukan penelitian terhadap berbagai kepurbakalaan di Jawa. Raffles menulis buku terkenal, “The History of Java”. Dalam buku itu dia menggambarkan peradaban dan budaya tinggi di Jawa.
Di samping Raffles, selama tinggal di Sumatera (1814-1825), William Marsden menulis buku serupa tentang sejarah Sumatera, yang diterbitkan pada 1889.
Setelah jatuhnya Napoleon dan akhir pendudukan Belanda, Prancis, serta Inggris, Belanda menandatangani konvensi di London pada 13 Agustus 1814. Disepakati bahwa harta kolonial Belanda yang berasal dari 1803 dan seterusnya harus dikembalikan kepada Pemerintah Belanda di Batavia. Dengan demikian, kepulauan Indonesia dari penguasaan Inggris dikembalikan lagi ke Belanda pada tahun 1815.

Kembalinya Pemerintahan Belanda.
Segera pemerintahan kolonial Belanda mengintensifkan kekuasaannya di Indonesia. Tapi kali ini keadaan dan situasi telah berubah. Penolakan muncul dan terus bermunculan. Semakin Belanda bertindak keras hasilnya malah hanya memicu pemberontakan yang lebih luas lagi.
Misalnya Thomas Matulessy alias Pattimura, melakukan pemberontakan melawan Belanda di Maluku (1816-1818). Pangeran Diponegoro memimpin Perang Jawa (1825-1830). Tuanku Imam Bonjol memimpin Perang Padri di Sumatera Barat, sementara Teuku Umar memimpin Perang Aceh di Sumatera Utara (1873-1903). Raja Sisingamangaraja dari Batak melawan Belanda pada 1907. Upaya tentara Belanda menduduki Bali pada 1908 berhasil dipukul mundur oleh Raja Udayana. Pemberontakan juga meletus di Goa, Sulawesi Selatan, dan di Kalimantan Selatan.
Pemberontan yang semakin meluas akhirnya mnegubah cara Belanda menjajah wilayah Indonesia. Situasi Global pun berkembang. Sampai akhirnya kolonialisme di Indonesia pun semakin memudar dan pada akhirnya menghilang.

Sumber: http://www.indonesiakuno.com/

Sejarah Batavia

Batavia merupakan sebutan untuk suatu kota pelabuhan yang sekarang adalah Jakarta. Nama Batavia dipakai sejak tahun 1621 oleh orang-orang Belanda menggantikan nama Jayakarta setelah mereka merebutnya dari kekuasaan Kesultanan Banten. Dari kota pelabuhan inilah VOC dan kemudian pemerintahan Kolonial Belanda mengendalikan perdagangan dan kekuasaan militer serta politiknya di wilayah Nusantara.
Nama ini bertahan sampai tahun 1942. Pada tahun itu kekuasaan Belanda jatuh ke tangan Jepang. Sebagai bagian dari de-Nederlandisasi, nama kota Batavia diganti menjadi Jakarta. Bentuk bahasa Melayu Batavia, yaitu “Betawi” tetap bertahan dan masih tetap dipakai sampai sekarang.

Gara-Gara Lada
Pada akhir abad ke-16, karena berbagai situasi yang tidak lagi mendukung suplai rempah-rempah – terutama lada – ke Belanda, akhirnya bangsa ini memutuskan untuk mencari sendiri sumbernya. Inilah yang akhirnya membawa kapal-kapal Belanda dalam pelayaran yang dipimpin Cornelis de Houtman dapat berlabuh di Banten pada tahun 1596, pelabuhan utama di Jawa pada saat itu. Dengan mengalami beberapa insiden dengan para pelaut Potugis dan Warga lokal, Rombongan ini berhasil kembali ke Belanda dengan membawa barang yang menjadi alasan pelayaran antar benua ini: Lada.
Walaupun ekspedisi pelayaran dagang perdana ini tidak menghasilkan laba yang besar, namun dianggap sebagai perintisan yang menguntungkan. Belanda meneruskan proyek ini dan pada tanggal 20 Maret 1602, para pedagang Belanda mendirikan Verenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) atau Perkumpulan Dagang India Timur, disebut juga Perusahaan Dagang Hindia Belanda . VOC ini diberi wewenang khusus dan dapat bertindak atas nama Pemerintah Belanda.

V O C
Pieter Both adalah wakil VOC pertama di Hindia Belanda dan karena kekhususan organisasi ini jabatannya adalah Gubernur-Jenderal. Pieter Both adalah Gubernur Jendral pertama Hindia-Belanda, Ia berkuasa tahun 1610 sampai 1614.
Tahun 1603 VOC memperoleh izin di Banten untuk mendirikan kantor perwakilan, namun setelah Pieter Both menjadi Gubernur Jenderal, ia memilih Jayakarta sebagai basis administrasi VOC, karena pada waktu itu di Banten telah banyak kantor pusat perdagangan orang-orang Eropa lain seperti Portugis, Spanyol kemudian juga Inggris, sedangkan Jayakarta masih merupakan pelabuhan kecil.
Pada tahun 1611 VOC mendapat izin untuk membangun satu rumah kayu dengan fondasi batu di Jayakarta, sebagai kantor dagang. setelah itu VOC menyewa lahan sekitar 1,5 hektar di dekat muara di tepi bagian timur Sungai Ciliwung, yang kemudian menjadi kompleks perkantoran, gudang dan tempat tinggal orang Belanda. Bangunan utamanya dinamakan Nassau Huis.
Ketika Jan Pieterszoon Coen menjadi Gubernur Jenderal (1618 – 1623), ia mendirikan lagi bangunan serupa Nassau Huis dan dinamakan Mauritius Huis. kemudian ia membangun tembok batu yang tinggi, dan disitu ditempatkan beberapa meriam. Tak lama kemudian, ia membangun lagi tembok setinggi 7 meter yang mengelilingi areal yang mereka sewa, sehingga kini benar-benar merupakan satu benteng yang kokoh, dan mulai mempersiapkan untuk menguasai Jayakarta.

Nama Nenek Moyang
Dari basis benteng ini pada 30 Mei 1619 Belanda menyerang Jayakarta, yang memberi mereka izin untuk berdagang, dan membumihanguskan hampir seluruh bagian kota. Berawal hanya dari bangunan separuh kayu, akhirnya Belanda menguasai seluruh kota. Semula Coen ingin menamakan kota ini sebagai Nieuwe Hollandia, namun “de Heeren Seventien” (pengurus/penguasa pusat VOC) di Belanda memutuskan untuk menamakan kota ini menjadi Batavia, untuk mengenang bangsa Batavieren. Batavieren atau Batavia adalah nama dari sebuah suku yang bermukim di tepi Sungai Rhein, Eropa. Suku nenek moyang bangsa Belanda dan sebagian bangsa Jerman.
Pada 4 Maret 1621, pemerintah Stad Batavia (kota Batavia) dibentuk. Di kota ini dibangun benteng yang bagian depannya digali parit. Di bagian belakang dibangun gudang juga dikitari parit, pagar besi dan tiang-tiang yang kuat. Selama 8 tahun kota Batavia sudah meluas 3 kali lipat. Pembangunannya selesai pada tahun 1650. Kota Batavia sebenarnya terletak di selatan Kastil yang juga dikelilingi oleh tembok-tembok dan dipotong-potong oleh banyak parit.


Diserbu
Disekitaran masa yang sama, Sultan Agung menjadi Raja Mataram di Jawa Tengah. Awal pemerintahannya ditandai dengan perluasan wilayah kerajaan ke bagian timur. Pada tahun 1625, selain Jawa Tengah, Mataram telah pula menguasai bagian tengah dan timur pantai utara pulau Jawa.
Setelah berhasi di bagian timur, Sultan Agung ingin pula menguasai daerah barat: Banten. Namun sebelum Banten ada Batavia. Mataram memandangnya sebagai bagian yang harus diatasi lebih dahulu. Sultan Agung memerintahkan melancarkan serangan ke Batavia pada tahun 1628.
Serangan pertama ini gagal, Mataram mundur, tetapi niatnya belum surut. Mataram melancarkan serangan kedua tahun 1629. Belanda rupanya lebih cerdik, armadanya menghancurkan persediaan logistik Mataram di Cirebon dan Tegal. Pasukan Mataram kelaparan dan harus mundur lagi.
Pada awal abad ke-17 perbatasan antara wilayah kekuasaan Banten dan Batavia mula-mula dibatasi oleh Kali Angke dan kemudian Kali Cisadane. Kawasan sekitar Batavia menjadi kosong. Daerah di luar benteng dan tembok kota tidak aman, antara lain karena gerilya sisa prajurit Mataram yang tidak mau atau tidak berani pulang.
Tahun-tahun selanjutnya, beberapa persetujuan bersama dengan Banten (1659 dan 1684) dan Mataram (1652) menetapkan daerah antara Cisadane dan Citarum sebagai wilayah VOC. Setelah itu daerah Batavia mulai ramai dihuni kembali.
Untuk pembangunan kota, Belanda banyak mendatangkan pekerja sebagai budak. Kebanyakan dari mereka berasal dari Bali, Sulawesi, Maluku, Tiongkok, dan pesisir Malabar, India. Sebagian berpendapat bahwa percampuran mereka inilah yang kemudian membentuk komunitas yang dikenal dengan nama suku Betawi.
Dari Benteng Menjadi Kota
Waktu itu luas Batavia hanya mencakup daerah yang saat ini dikenal sebagai Kota Tua di Jakarta Utara. Sebelum kedatangan para pekerja / budak tersebut, sudah ada masyarakat Sunda yang tinggal di wilayah Jayakarta seperti masyarakat Jatinegara Kaum. Sedangkan suku-suku dari etnis pendatang membentuk wilayah komunitasnya masing-masing. Maka di Jakarta sekarang ada wilayah-wilayah bekas komunitas itu seperti Pecinan, Pekojan, Kampung Melayu, Kampung Bandan, Kampung Ambon, Kampung Bali, dan Manggarai.
Pada 1 April 1905 nama Stad Batavia diubah menjadi Gemeente Batavia. Dengan selesainya Koningsplein (lapangan Gambir; sekarang lapangan Monas) pada tahun 1818, Batavia berkembang ke arah selatan. Tahun 1920, Belanda membangun kota taman Menteng, dan wilayah ini menjadi tempat baru bagi petinggi Belanda menggantikan Molenvliet di utara. Di awal abad ke-20, Batavia di utara, Koningspein, dan Mester Cornelis (Jatinegara) telah terintegrasi menjadi sebuah kota.
Pada 1 Januari 1926 pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan peraturan untuk pembaharuan sistem desentralisasi dan dekonsentrasi yang lebih luas. Di Pulau Jawa dibentuk pemerintahan otonom provinsi. Provincie West Java adalah provinsi pertama yang dibentuk di wilayah Hindia Belanda. Batavia menjadi salah satu keresidenan dalam Provincie West Java disamping Banten, Buitenzorg (Bogor), Priangan, dan Cirebon. Pada 8 Januari 1935 nama kota ini menjadi Stad Gemeente Batavia.

Sumber: wikipedia

Sejarah Perang Bubat II

Biarkan "Perang Bubat" Berlanjut

UMUMNYA sejarah “Perang Bubat” yang diungkapkan dalam bentuk novel atau prosa liris, hampir sama, menceritakan tentang gagalnya pernikahan Dyah Pitaloka (Citraresmi) dengan Hayam Wuruk akibat pengkhianatan Mahapatih Gajah Mada. Tokoh Gajah Mada menjadi sosok yang dibenci urang Sunda karena Gajah Mada dianggap berkhianat kepada rajanya, Prabu Hayam Wuruk.
Dengan tipu daya untuk menyulut amarah Linggabuwana, Gajah Mada meminta agar Pitaloka – yang tadinya akan dijadikan permaisuri Hayam Wuruk, agar diserahkan sebagai upeti. Gajah Madalah yang mengobarkan api peperangan, ketika hati Maharaja Linggabuwana (ayah Pitaloka) terluka, merasa dihina dan direndahkan, lalu memilih untuk melawan karena tidak mau menyerahkan putrinya sebagai upeti. Peperangan yang tak seimbang itu, tentu saja lebih merupakan sebuah pembantaian. Maharaja Linggabuwana, permaisuri, dan pasukan pengawalnya gugur di Bubat. Sementara Pitaloka memilih bunuh diri demi harga diri. Satu-satunya pengawal yang berhasil lolos adalah Pitar. Kisah tragis itu membuat banyak urang Sunda yang kanyenyerian, sakit hati, dan perasaan itu tetap terpelihara, hingga sekarang.
Menurut arkeolog lulusan Uiversitas Indonesia, Dr. Agus Aris Munandar, umumnya cerita tentang Perang Bubat yang mengilhami para penulis fiksi sejarah, bersumber dari buku Kidung Sunda. Akan tetapi, salah seorang pengarang yang paling banyak menulis fiksi berdasarkan peristiwa dalam sejarah Sunda, Yoseph Iskandar, termasuk novelnya mengenai Perang Bubat, menyebut sumbernya berdasarkan naskah “Pangeran Wangsakerta”.
Ketika berlangsung “Dialog Budaya Sekitar Perang Bubat” di Pusat Informasi Majapahit, Trowulan, Jawa Timur, tanggal 30 September lalu, Dr. Agus Aris Munandar menyampaikan tafsir baru mengenai Perang Bubat. Menurut Agus, rencana pernikahan Hayam Wuruk dengan Pitaloka bukanlah atas prakarsa Ratu Sepuh Tribhuwanatunggadewi. Pernikahan itu justru telah direncanakan Gajah Mada dengan Prabu Maharaja Linggabuwana. Gajah Mada menginginkan pernikahan itu, sebab niatnya untuk mempersatukan Sunda dengan Majapahit akan terwujud tanpa harus melalui peperangan. Hal yang sama juga diharapkan oleh Maharaja Linggabuwana karena pernikahan itu akan membuat wilayah Kerajaan Sunda semakin luas.
mbahmadaLalu kenapa Gajah Mada berkhianat? Inilah yang dianggap sebagai tafsir baru Agus. Ternyata tanpa sepengetahuan Gajah Mada dan Hayam Wuruk, diam-diam orang tua Hayam Wuruk (Cakradara/ Tribhuwanatunggadewi) telah menjodohkan Hayam Wuruk dengan Padukasori, putri Kudamerta/Rajadewi Maharasasa. Rajadewi adalah adik Tribhuwanatunggadewi. Kudamerta yang mendengar Gajah Mada telah melamar Pitaloka sebagai permaisuri Hayam Wuruk, berhasil memengaruhi Ratu Sepuh Tribhuwanatunggadewi untuk menggagalkan pernikahan tersebut. Gajah Mada terpaksa mengikuti kemauan orang tua Hayam Wuruk, mengubah posisi Pitaloka yang tadinya sebagai permaisuri, menjadi selir. Sikap Gajah Mada tersebut dirasakan Maharaja Linggabuwana sebagai penghinaan padahal Gajah Mada sendiri merasa sedih harus berbuat seperti itu. Maharaja memilih untuk berperang daripada menyerahkan putrinya sebagai selir. Maka terjadilah Perang Bubat. Akibatnya, menurut Agus, “Gajah Mada disalahkan oleh sejarah”.
Dalam Dialog Budaya di Trowulan, saya mempertanyakan tentang sebutan Perang Bubat, karena ada yang berpendapat, yang terjadi di Bubat itu bukanlah perang, tetapi lebih layak disebut pembantaian terhadap Raja Sunda bersama pengawalnya – sebab jumlah pasukan Gajah Mada dan pengawal Raja Sunda tidak berimbang. Akan tetapi menurut Agus, dalam semua naskah kuno, selalu disebut adanya Pabubat atau Perang Bubat. Sementara itu, wartawan senior Her Suganda lebih suka menyebutnya sebagai “Peristiwa Bubat”.
Dalam “Dialog Budaya Sekitar Perang Bubat” yang berlangsung tanggal 21 Oktober di Hotel Preanger, Agus menyampaikan tafsir barunya itu di hadapan sejumlah tokoh Sunda. Reaksinya, ada yang bisa mendengarkan dan memahami tafsir baru tersebut, tetapi ada juga yang tetap meyakini Gajah Mada sebagai tokoh yang telah berkhianat, dengan segala kelicikannya untuk menaklukkan Sunda.

Karakter kepemimpinan

Ketika saya menulis prosa liris yang diberi judul “Citraresmi – Riwayat Menyayat Perang Bubat” (diterbitkan oleh Kiblat Buku Utama), saya mengungkapkan peristiwa di Bubat itu seperti yang diyakini umumnya masyarakat Sunda selama ini. Tidak ada tafsir baru seperti Dr. Agus.
Kalaupun boleh disebut sebagai tafsir baru, melalui buku tersebut saya lebih menitikberatkan terhadap karakteristik tokoh-tokoh utama dalam Peristiwa Bubat itu, sebab dengan cara seperti itu kita akan lebih jernih “memahami” sepak terjang mereka.
Tokoh utama yang saya maksud adalah Gajah Mada, Hayam Wuruk, Pitaloka, Maharaja Linggabuwana, dan Bunisora Suradipati. Dalam prolog buku tersebut, saya ungkapkan seperti ini:
“Siapakah yang bersalah?
ketika masing-masing punya jawaban
untuk mewujudkan keinginan
Hayam Wuruk yang bijaksana
tapi kurang berani mewujudkan keinginan
Gajah Mada yang setia mengabdi pada negri
tapi terikat dan termakan sumpah sendiri
Maharaja Linggabuwana yang tulus dan lurus
tapi tak mampu membaca rekaperdaya
Citraresmi yang cantik dan berbakti
tapi terlalu setia mengikuti kata hati
Masing-masing memang punya alasan
untuk memilih yang terbaik
berbakti bagi negri
Biarkan sejarah bicara
apa adanya
mari kita buka kembali
lembaran silam yang kelam
dengan hati yang bening”.
Dalam buku prosa liris tentang Peristiwa Bubat itu, saya mempertajam “mahadaya cinta” antara Hayam Wuruk dan Pitaloka, termasuk mendramatisasi kematian Raja Sunda dan Pitaloka, sehingga akan tergambar sikap Gajah Mada yang “menghalalkan segala cara” untuk mewujudkan sumpah amukti palapanya.
Akan tetapi, Gajah Mada adalah seorang perwira tangguh yang punya prinsip harus “selalu menang dalam perang”. Prinsip itu ia dedikasikan untuk kehormatan raja dan kejayaan negeri. Dari sisi ini, sesungguhnya kita harus bisa memahami karakter Gajah Mada. Ketika Hayam Wuruk bersikukuh ingin menjemput Raja Sunda dan Pitaloka dengan upacara kebesaran, Gajah Mada juga berusaha keras untuk menggagalkannya. Saya mencoba mengungkapkannya secara imajinatif melalui sebuah ratapan permohonan:
“Tolonglah hamba, Paduka
jangan biarkan hamba melanggar sumpah
yang akan menodai pengabdian
pada kebesaran raja dan negara
selama ini hamba tak pernah memohon balas jasa
dan tak pernah menuntut apa pun
karena pengabdian hamba lakukan
dengan ketulusan hati nurani
demi kejayaan negri
tapi hanya untuk kali ini saja
izinkan hamba untuk memohon
Paduka tak usah menyambut ke Tegal Bubat
biarkan hamba yang datang
menyambut tamu agung
calon prameswari baginda, Puteri Citraresmi”.
Hayam Wuruk akhirnya luluh, dan Gajah Mada diam-diam mengerahkan ribuan pasukannya menuju Bubat. Ia meminta Raja Sunda agar menyerahkan Pitaloka jadi upeti. Lalu terjadilah Peristiwa Bubat itu.
Maharaja Linggabuwana, saya gambarkan sebagai raja yang berpikiran lurus, tidak “punya pikir rangkepan”, tidak bisa membaca rekaperdaya. Ketika diingatkan oleh adiknya Bunisora Suradipati agar jangan pergi ke Majapahit, jangan mau menyerahkan Pitaloka untuk dinikahkan dengan Hayam Wuruk, sebab kalau Raja datang untuk menyerahkan putrinya, berarti ia telah melanggar adat Karuhun. Menurut Bunisora, semestinya Hayam Wuruk yang datang ke Kerajaan Sunda untuk menikah dengan Pitaloka. Peringatan Bunisora malah ditentang oleh Linggabuwana, meskipun dalam hatinya ia merasa telah melakukan sesuatu yang tidak semestinya.
Saya sangat tertarik mengungkapkan karakter Bunisora, yang saya anggap lebih pantas disebut sebagai “Bapak Bangsa”. Terbukti setelah Peristiwa Bubat, calon raja yang masih kecil, Niskala Wastukancana (adik Pitaloka) dididik oleh Bunisora, dipersiapkan untuk menjadi seorang raja yang kelak memang menjadi raja terlama dalam memerintah, sekitar 100 tahun. Dalam epilog buku tersebut, saya menggambarkan sosok Bunisora seperti ini:
“Akan halnya Bunisora
ia menjadi begitu berjasa
karena telah belajar dari peristiwa kelam
tanpa menebarkan dendam
melainkan telah mewariskan keteladanan
yang kelak mengantar Niskala Wastukancana
menjadi raja yang paling lama berkuasa
raja yang menebarkan rasa aman dan tenteram”.
Hayam Wuruk dan Pitaloka adalah dua tokoh belia, yang saya gambarkan lebih suka “menuruti keinginan orang tua”.
Peristiwa Bubat adalah kejadian sejarah, dan akan lebih terasa hikmahnya bila digunakan sebagai tempat untuk becermin. Pemahaman kita tentang Peristiwa Bubat akan lebih jernih seandainya kita memosisikan diri untuk belajar dari peristiwa tersebut, termasuk memahami tokoh-tokoh pelakunya, memahami karakternya. Sebaiknya kita memahami mengapa Gajah Mada, Linggabuwana, Hayam Wuruk, dan Pitaloka, memutuskan sesuatu yang dianggapnya “harus dilakukan”, dan kemudian menjadi mata rantai sebab akibat Peristiwa Bubat. Saya mencoba mengungkapkannya seperti ini:
“Demikianlah kisah yang terpatri
di sanubari orang Sunda
melekat turun-temurun
dari masa ke masa
kadang dipahami
sebagai suatu pantangan
yang berlebihan
Padahal kalau kita simak
dengan sikap yang bijak
maka akan nampak
begitu banyak
tokoh pelaku sejarah
dalam Perang Bubat
yang teguh pada pendirian
dengan segala kelebihan
dan kelemahan”.
Dengan sudut pandang seperti itu, setiap peristiwa bersejarah akan dipahami sebagai rangkaian pembelajaran, tanpa harus terlibat dalam perasaan yang dialami tokoh-tokohnya. Begitu juga, ketika kemudian ditemukan hal-hal baru berdasarkan bukti-bukti ilmiah, maka akan selalu menjadi sesuatu yang berharga untuk dikaji.
Kalau kemudian ada yang bertanya, setujukah Anda jika Peristiwa Bubat dibuat film? Saya akan bilang setuju, tentu saja dengan catatan, film tersebut harus digarap dengan sungguh-sungguh, sehingga hasilnya menjadi sebuah karya yang bisa dibanggakan, apalagi kalau menjadi sebuah karya yang monumental. Kalau hasilnya hanya untuk meraih keuntungan semata, tanpa memedulikan kualitas – bahkan ke luar jalur, wajar bila banyak yang merasa keberatan.
Terjadinya kontroversi tentang Peristiwa Bubat, apakah itu munculnya tafsir baru atau kisah baru, tidaklah menjadi soal sepanjang itu berdasarkan penemuan-penemuan autentik yang bisa dipertanggung jawabkan secara keilmuan. Terlebih lagi, jika itu labelnya sebuah fiksi, maka pengarang akan lebih bebas mengumbar imajinasi.
Biarkan, bila banyak yang tertambat terhadap Peristiwa Bubat. Dengan begitu, generasi berikutnya akan mengenal bahkan memahami peristiwa bersejarah secara kritis. 

Tulisan : Eddy D. Iskandar,/Penulis Skenario/Ketua Umum FFB/Pemred “Galura”, Sumber PR.

Sejarah Perang Bubat I

Perang Bubat adalah perang yang kemungkinan pernah terjadi pada masa pemerintahan raja Majapahit, Hayam Wuruk dengan Mahapatih Gajah Mada. Persitiwa ini melibatkan Mahapatih Gajah Mada dengan Prabu Maharaja Linggabuana dari Kerajaan Sunda di Pesanggrahan Bubat pada abad ke-14 di sekitar tahun 1360 M. Sumber-sumber tertua yang bisa dijadikan rujukan mengenai adanya perang ini terutama adalah Kidung Sunda dan Kidung Sundayana yang berasal dari Bali.

Rencana pernikahan
Peristiwa Perang Bubat diawali dari niat Prabu Hayam Wuruk yang ingin memperistri putri Dyah Pitaloka Citraresmi dari Negeri Sunda. Konon ketertarikan Hayam Wuruk terhadap putri tersebut karena beredarnya lukisan sang putri di Majapahit; yang dilukis secara diam-diam oleh seorang seniman pada masa itu, bernama Sungging Prabangkara.
Namun catatan sejarah Pajajaran yang ditulis Saleh Danasasmita dan Naskah Perang Bubat yang ditulis Yoseph Iskandar menyebutkan bahwa niat pernikahan itu adalah untuk mempererat tali persaudaraan yang telah lama putus antara Majapahit dan Sunda. Raden Wijaya yang menjadi pendiri kerajaan Majapahit, dianggap keturunan Sunda dari Dyah Lembu Tal dan suaminya yaitu Rakeyan Jayadarma, raja kerajaan Sunda. Hal ini juga tercatat dalam Pustaka Rajyatajya i Bhumi Nusantara parwa II sarga 3. Dalam Babad Tanah Jawi, Raden Wijaya disebut pula dengan nama Jaka Susuruh dari Pajajaran. Meskipun demikian, catatan sejarah Pajajaran tersebut dianggap lemah kebenarannya, terutama karena nama Dyah Lembu Tal adalah nama laki-laki.
Hayam Wuruk memutuskan untuk memperistri Dyah Pitaloka. Atas restu dari keluarga kerajaan, Hayam Wuruk mengirimkan surat kehormatan kepada Maharaja Linggabuana untuk melamarnya. Upacara pernikahan dilangsungkan di Majapahit. Pihak dewan kerajaan Negeri Sunda sendiri sebenarnya keberatan, terutama Mangkubuminya yaitu Hyang Bunisora Suradipati. Ini karena menurut adat yang berlaku di Nusantara pada saat itu, tidak lazim pihak pengantin perempuan datang kepada pihak pengantin lelaki. Selain itu ada dugaan bahwa hal tersebut adalah jebakan diplomatik Majapahit yang saat itu sedang melebarkan kekuasaannya, diantaranya dengan cara menguasai Kerajaan Dompu di Nusa Tenggara.
Linggabuana memutuskan untuk tetap berangkat ke Majapahit, karena rasa persaudaraan yang sudah ada dari garis leluhur dua negara tersebut. Berangkatlah Linggabuana bersama rombongan Sunda ke Majapahit, dan diterima serta ditempatkan di Pesanggrahan Bubat.

Kesalah-pahaman
Melihat Raja Sunda datang ke Bubat beserta permaisuri dan putri Dyah Pitaloka dengan diiringi sedikit prajurit, maka timbul niat lain dari Mahapatih Gajah Mada yaitu untuk menguasai Kerajaan Sunda, sebab untuk memenuhi Sumpah Palapa yang dibuatnya tersebut, maka dari seluruh kerajaan di Nusantara yang sudah ditaklukkan hanya kerajaan Sunda lah yang belum dikuasai Majapahit. Dengan makksud tersebut dibuatlah alasan oleh Gajah Mada yang menganggap bahwa kedatangan rombongan Sunda di Pesanggrahan Bubat sebagai bentuk penyerahan diri Kerajaan Sunda kepada Majapahit, sesuai dengan Sumpah Palapa yang pernah ia ucapkan pada masa sebelum Hayam Wuruk naik tahta. Ia mendesak Hayam Wuruk untuk menerima Dyah Pitaloka bukan sebagai pengantin, tetapi sebagai tanda takluk Negeri Sunda dan mengakui superioritas’ Majapahit atas Sunda di Nusantara. Hayam Wuruk sendiri menurut Kidung Sundayana disebutkan bimbang atas permasalah tersebut, karena Gajah Mada adalah Mahapatih yang diandalkan Majapahit pada saat itu.

Gugurnya rombongan Sunda
Kemudian terjadi insiden perselisihan antara utusan Linggabuana dengan Gajah Mada. Perselisihan ini diakhiri dengan dimaki-makinya Gajah Mada oleh utusan Negeri Sunda yang terkejut bahwa kedatangan mereka hanya untuk memberikan tanda takluk dan mengakui superioritas Majapahit, bukan karena undangan sebelumnya. Namun Gajah Mada tetap dalam posisi semula.
Belum lagi Hayam Wuruk memberikan putusannya, Gajah Mada sudah mengerahkan pasukannya (Bhayangkara) ke Pesanggrahan Bubat dan mengancam Linggabuana untuk mengakui superioritas Majapahit. Demi mempertahankan kehormatan sebagai ksatria Sunda, Linggabuana menolak tekanan itu. Terjadilah peperangan yang tidak seimbang antara Gajah Mada dengan pasukannya yang berjumlah besar, melawan Linggabuana dengan pasukan pengawal kerajaan (Balamati) yang berjumlah kecil serta para pejabat dan menteri kerajaan yang ikut dalam kunjungan itu. Peristiwa itu berakhir dengan gugurnya Linggabuana, para menteri dan pejabat kerajaan Sunda, serta putri Dyah Pitaloka.
Hayam Wuruk menyesalkan tindakan ini dan mengirimkan utusan (darmadyaksa) dari Bali – yang saat itu berada di Majapahit untuk menyaksikan pernikahan antara Hayam Wuruk dan Dyah Pitaloka – untuk menyampaikan permohonan maaf kepada Mangkubumi Hyang Bunisora Suradipati yang menjadi pejabat sementara raja Negeri Sunda, serta menyampaikan bahwa semua peristiwa ini akan dimuat dalam Kidung Sunda atau Kidung Sundayana (di Bali dikenal sebagai Geguritan Sunda) agar diambil hikmahnya.
Akibat peristiwa Bubat ini, dikatakan dalam catatan tersebut bahwa hubungan Hayam Wuruk dengan Gajah Mada menjadi renggang. Gajah Mada sendiri tetap menjabat Mahapatih sampai wafatnya (1364). Akibat peristiwa ini pula, di kalangan kerabat Negeri Sunda diberlakukan peraturan esti larangan ti kaluaran, yang isinya diantaranya tidak boleh menikah dari luar lingkungan kerabat Sunda, atau sebagian lagi mengatakan tidak boleh menikah dengan pihak timur negeri Sunda (Majapahit).

Sumber: wikipedia

Kehidupan Masyarakat Pra aksara di Indonesia

Hasil kebudayaan manusia prasejarah untuk mempertahankan dan memperbaiki pola hidupnya menghasilkan dua bentuk budaya yaitu :
  • Bentuk budaya yang bersifat Spiritual
  • Bentuk budaya yang bersifat Material
Masyarakat Prasejarah mempunyai kepercayaan pada kekuatan gaib yaitu :
  • Dinamisme, yaitu kepercayaan terhadap benda-benda yang dianggap mempunyai kekuatan gaib. Misalnya : batu.
  • Animisme, yaitu kepercayaan terhadap roh nenek moyang mereka yang bersemayam dalam batu-batu besar, gunung, pohon besar. Roh tersebut dinamakan Hyang.
Pola kehidupan manusia prasejarah adalah :
  • Bersifat Nomaden (hidup berpindah-pindah), yaitu pola kehidupannya belum menetap dan berkelompok di suatu tempat serta, mata pencahariannya berburu dan masih mengumpulkan makanan
  • Bersifat Sedenter (menetap), yaitu pola kehidupannya sudah terorganisir dan berkelompok serta menetap di suatu tempat, mata pencahariannya bercocok tanam. Muali mengenal norma adat, yang bersumber pada kebiasaan-kebiasaan
Sistem bercocok tanam/pertanian
  • Mereka mulai menggunakan pacul dan bajak sebagai alat bercocok tanam
  • Menggunakan hewan sapi dan kerbau untuk membajak sawah
  • Sistem huma untuk menanam padi
  • Belum dikenal sistem pemupukan
Pelayaran
  • Dalam pelayaran manusia prasejarah sudah mengenal arah mata angin dan mengetahui posisi bintang sebagai penentu arah (kompas)
Bahasa
  • Menurut hasil penelitian Prof. Dr. H. Kern, bahasa yang digunakan termasuk rumpun bahasa Austronesia yaitu : bahasa Indonesia, Polinesia, Melanesia, dan Mikronesia.
  • Terjadinya perbedaan bahasa antar daerah karena pengaruh faktor geografis dan perkembangan bahasa.
jenis fosil manusia purba Indonesia:
  • Meganthropus Paleojavanicus (Sangiran).
  • Pithecanthropus Robustus (Trinil).
  • Pithecanthropus Erectus (Homo Erectus) (Trinil).
  • Pithecanthropus Dubius (Jetis).
  • Pithecanthropus Mojokertensis (Perning).
  • Homo Javanensis (Sambung Macan).
  • Homo Soloensis (Ngandong).
  • Homo Sapiens Archaic.
  • Homo Sapiens Neandertahlman Asia.
  • Homo Sapiens Wajakensis (Tulungagung)
  • Homo Modernman.
Sumber: history1978.wordpres.com