Translate

Membuat Soal dan Kuis dengan QuizCreator

Quiz Creator, merupak software untuk membuat soal maupun kuis dengan konsep e-learning. Bagi anda para pendidik tidak ada salahnya mencoba yang satu ini. Dengan cara download, kemudian install, Anda sudah bisa membuat kuis dengan berbagai macam variasi. Misalnya:
1. Pilihan Ganda
2. Menjodohkan
3. Uraian singkat
4. Uraian
5. Mengisi kotak isian
6. Kuis dengan area gambar
7. Soal benar salah, dll.

Menariknya lagi, Anda tidak perlu berurusan dengan yang namanya pemrograman/script, cukup klik dan klik Anda bisa membuat soal pilihan Anda dalam waktu sekejap.  Hasil dari software ini bisa Anda publish menjadi file exe (flash), file html dan masih banyak lagi.
Nah, yang paling saya suka adalah kemampuannya untuk mengcapture gambar/teks dalam dokumen lain. Misalnya, saya ingin memasukkan rumus matematika dan gambar, maka saya tinggal pilih menu image –> capture. Secara otomatis gambar akan keluar dalam soal. Benar-benar wonderfull.
Fasilitas lainnya:
1. Soal random
2. User account/password
3. Mengatur soal dengan skor yang dapa diubah-ubah
4. Tampilan yang dapat diubah-ubah
5. Laporan
6. Dan masih banyak lagi
Bagi anda yang ingin mencoba silahkan download di sini, tinggal pilih free trial maupun buy kisaran harganya $ 169, 95. Sofware ini bisa dioperasikan dengan spesifikasi minimal:

Version Information System Requirements
Version: 4.1.0 OS: Windows 2000/XP/2003/Vista/7
Size: 12.3 MB Player: Flash Player 9.0 or Windows Media Player 9.0 (or above)
Trial Limit: Watermark on Output RAM: 128MB RAM (256MB Recommended)
Language: English Available Disk Space: 15.2MB

Proses Masuk dan Berkembangnya Agama dan Kebudayaan Islam di indonesia

Proses masuk dan berkembangnya agama Islam di Indonesia menurut Ahmad Mansur Suryanegara dalam bukunya yang berjudul Menemukan Sejarah, terdapat 3 teori yaitu teori Gujarat, teori Makkah dan teori Persia. Ketiga teori tersebut di atas memberikan jawaban tentang permasalah waktu masuknya Islam ke Indonesia, asal negara dan tentang pelaku penyebar atau pembawa agama Islam ke Nusantara.
Untuk mengetahui lebih jauh dari teori-teori tersebut, silahkan Anda simak uraian materi berikut ini.

1. Teori Gujarat
Teori berpendapat bahwa agama Islam masuk ke Indonesia pada abad 13 dan pembawanya berasal dari Gujarat (Cambay), India. Dasar dari teori ini adalah:
a. Kurangnya fakta yang menjelaskan peranan bangsa Arab dalam penyebaran Islam di Indonesia.
b. Hubungan dagang Indonesia dengan India telah lama melalui jalur Indonesia – Cambay – Timur Tengah – Eropa.
c. Adanya batu nisan Sultan Samudra Pasai yaitu Malik Al Saleh tahun 1297 yang bercorak khas Gujarat. Pendukung teori Gujarat adalah Snouck Hurgronye, WF Stutterheim dan Bernard H.M. Vlekke. Para ahli yang mendukung teori Gujarat, lebih memusatkan perhatiannya pada saat timbulnya kekuasaan politik Islam yaitu adanya kerajaan Samudra Pasai. Hal ini juga bersumber dari keterangan Marcopolo dari Venesia (Italia) yang pernah singgah di Perlak ( Perureula) tahun 1292. Ia menceritakan bahwa di Perlak sudah banyak penduduk yang memeluk Islam dan banyak pedagang Islam dari India yang menyebarkan ajaran Islam.
Demikianlah penjelasan tentang teori Gujarat. Silahkan Anda simak teori berikutnya.

2. Teori Makkah
Teori ini merupakan teori baru yang muncul sebagai sanggahan terhadap teori lama yaitu teori Gujarat. Teori Makkah berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke 7 dan pembawanya berasal dari Arab (Mesir).
Dasar teori ini adalah:
  • Pada abad ke 7 yaitu tahun 674 di pantai barat Sumatera sudah terdapat perkampungan Islam (Arab); dengan pertimbangan bahwa pedagang Arab sudah mendirikan perkampungan di Kanton sejak abad ke-4. Hal ini juga sesuai dengan berita Cina.
  • Kerajaan Samudra Pasai menganut aliran mazhab Syafi’i, dimana pengaruh mazhab Syafi’i terbesar pada waktu itu adalah Mesir dan Mekkah. SedangkanGujarat/India adalah penganut mazhab Hanafi.
  • Raja-raja Samudra Pasai menggunakan gelar Al malik, yaitu gelar tersebut berasal dari Mesir. Pendukung teori Makkah ini adalah Hamka, Van Leur dan T.W. Arnold. Para ahli yang mendukung teori ini menyatakan bahwa abad 13 sudah berdiri kekuasaan politik Islam, jadi masuknya ke Indonesia terjadi jauh sebelumnya yaitu abad ke 7 dan yang berperan besar terhadap proses penyebarannya adalah bangsa Arab sendiri. Dari penjelasan di atas, apakah Anda sudah memahami? Kalau sudah paham simak

3. Teori Persia
Teori ini berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia abad 13 dan pembawanya berasal dari Persia (Iran). Dasar teori ini adalah kesamaan budaya Persia dengan budaya masyarakat Islam Indonesia seperti:
a. Peringatan 10 Muharram atau Asyura atas meninggalnya Hasan dan Husein cucu Nabi Muhammad, yang sangat di junjung oleh orang Syiah/Islam Iran. Di Sumatra Barat peringatan tersebut disebut dengan upacara Tabuik/Tabut. Sedangkan di pulau Jawa ditandai dengan pembuatan bubur Syuro.
b. Kesamaan ajaran Sufi yang dianut Syaikh Siti Jennar dengan sufi dari Iran yaitu Al – Hallaj.
c. Penggunaan istilah bahasa Iran dalam sistem mengeja huruf Arab untuk tanda- tanda bunyi Harakat.
d. Ditemukannya makam Maulana Malik Ibrahim tahun 1419 di Gresik.
e. Adanya perkampungan Leren/Leran di Giri daerah Gresik. Leren adalah nama salah satu Pendukung teori ini yaitu Umar Amir Husen dan P.A. Hussein Jayadiningrat.
Ketiga teori tersebut, pada dasarnya masing-masing memiliki kebenaran dan kelemahannya. Maka itu berdasarkan teori tersebut dapatlah disimpulkan bahwa Islam masuk ke Indonesia dengan jalan damai pada abad ke – 7 dan mengalami perkembangannya pada abad 13. Sebagai pemegang peranan dalam penyebaran Islam adalah bangsa Arab, bangsa Persia dan Gujarat (India). Demikianlah uraian materi tentang proses masuknya Islam ke Indonesia.
Proses masuk dan berkembangnya Islam ke Indonesia pada dasarnya dilakukan dengan jalan damai melalui beberapa jalur/saluran yaitu melalui perdagangan seperti yang dilakukan oleh pedagang Arab, Persia dan Gujarat. Pedagang tersebut berinteraksi/bergaul dengan masyarakat Indonesia. Pada kesempatan tersebut dipergunakan untuk menyebarkan ajaran Islam. Selanjutnya diantara pedagang tersebut ada yang terus menetap, atau mendirikan perkampungan, seperti pedagang Gujarat mendirikan perkampungan Pekojan. Dengan adanya perkampungan pedagang, maka interaksi semakin sering bahkan
ada yang sampai menikah dengan wanita Indonesia, sehingga proses penyebaran Islam semakin cepat berkembang.
Perkembangan Islam yang cepat menyebabkan muncul tokoh ulama atau mubaliqh yang menyebarkan Islam melalui pendidikan dengan mendirikan pondok-pondok pesantren.
Pondok pesantren adalah tempat para pemuda dari berbagai daerah dan kalangan masyarakat menimba ilmu agama Islam. Setelah tammat dari pondok tersebut, maka para pemuda menjadi juru dakwah untuk menyebarkan Islam di daerahnya masing- masing. Di samping penyebaran Islam melalui saluran yang telah dijelaskan di atas, Islam
juga disebarkan melalui kesenian, misalnya melalui pertunjukkan seni gamelan ataupun wayang kulit. Dengan demikian Islam semakin cepat berkembang dan mudah diterima oleh rakyat Indonesia.
Proses penyebaran Islam di Indonesia atau proses Islamisasi tidak terlepas dari peranan para pedagang, mubaliqh/ulama, raja, bangsawan atau para adipati. Di pulau Jawa, peranan mubaliqh dan ulama tergabung dalam kelompok para wali yang dikenal dengan sebutan Walisongo atau wali sembilan yang terdiri dari:
1. Maulana Malik Ibrahim dikenal dengan nama Syeikh Maghribi menyebarkan Islam di Jawa Timur.
2. Sunan Ampel dengan nama asli Raden Rahmat menyebarkan Islam di daerah Ampel Surabaya.
3. Sunan Bonang adalah putra Sunan Ampel memiliki nama asli Maulana Makdum Ibrahim, menyebarkan Islam di Bonang (Tuban).
4. Sunan Drajat juga putra dari Sunan Ampel nama aslinya adalah Syarifuddin, menyebarkan Islam di daerah Gresik/Sedayu.
5. Sunan Giri nama aslinya Raden Paku menyebarkan Islam di daerah Bukit Giri (Gresik)
6. Sunan Kudus nama aslinya Syeikh Ja’far Shodik menyebarkan ajaran Islam di daerah Kudus.
7. Sunan Kalijaga nama aslinya Raden Mas Syahid atau R. Setya menyebarkan ajaran Islam di daerah Demak.
8. Sunan Muria adalah putra Sunan Kalijaga nama aslinya Raden Umar Syaid menyebarkan islamnya di daerah Gunung Muria.
9. Sunan Gunung Jati nama aslinya Syarif Hidayatullah, menyebarkan Islam di Jawa Barat (Cirebon)

Sejarah Sumpah Pemuda

Hari Sumpah Pemuda yang kita peringati setiap tanggal 28 Oktober itu tidak muncul dengan sendirinya. Bila dilihat dari sejarahnya, Sumpah Pemuda dimulai ketika sekelompok pemuda merasa perlu ada sebuah perekat dan pemersatu agar bangsa kita lebih kuat untuk merebut kemerdekaan Indonesia.

Kongres Pemuda Indonesia
Sumpah pemuda merupakan sumpah setia dari hasil rumusan kerapatan pemuda-pemudi Indonesia atau yang dikenal dengan Kongres Pemuda l dan Kongres Pemuda II. Nah, melalui kongres itulah kita bisa mengenal Sumpah Pemuda.
Kongres Pemuda I berlangsung di Jakarta, pada 30 April—2 Mei 1926. Di kongres itu, mereka membicarakan pentingnya persatuan bangsa bagi perjuangan menuju kemerdekaan. Kemudian, pada tanggal 27—28 Oktober 1928, para pemuda Indonesia kembali mengadakan Kongres Pemuda II. Dan, pada tanggal 28 Oktober 1928, seluruh peserta membacakan Sumpah Pemuda. Sejak saat itu, setiap tanggal 28 Oktober, kita memperingati Hari Sumpah Pemuda.

Rumusan Sumpah Pemuda
Rumusan itu ditulis Mohammad Yamin di sebuah kertas saat mendengarkan pidato dari Mr. Sunario pada hari terakhir kongres. Inti dari isi Sumpah Pemuda itu adalah Satu Nusa, Satu Bangsa, dan Satu Bahasa. Inilah yang selalu menjiwai pemuda-pemudi Indonesia dalam merebut dan mempertahankan serta mengisi kemerdekaan Indonesia.

Isi Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928
Sumpah Pemuda
Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia.
Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.
Kami Putra dan Putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.

Tokoh yang terlibat
Banyak tokoh yang menjadi peserta dalam Kongres Pemuda I dan II. Mereka datang mewakili berbagai organisasi pemuda yang ada saat itu. Di antaranya ada yang menjadi pengurus, seperti Soegondo Djojopoespito dari Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI) sebagi ketua dan wakilnya, R.M. Djoko Marsaid (Jong Java).
Sementara Mohammad Yamin dari Jong Sumateranen Bond sebagai sekretaris dan bendaharanya Amin Sjarifuddin (Jong Bataks Bond). Mereka juga dibantu oleh Djohan Mohammad Tjai (Jong Islamieten Bond), R. Katja Soengkana (Pemuda Indonesia), Senduk (Jong Celebes), Johanes Leimena (Jong Ambon), dan Rochjani Soe’oed (Pemuda Kaum Betawi). Sumpah Pemuda dan kemerdekaan Kelahiran Sumpah Pemuda menjadi senjata yang ampuh untuk merebut kemerdekaan dari tangan penjajah. Dengan semangat persatuan dan kesatuan bangsa, kesadaran para pemuda Indonesia saat itu pun semakin kuat karena mereka tidak berjuang sendiri. Jadi, Sumpah Pemuda adalah salah satu tonggak sejarah kemerdekaan Indonesia.

Sejarah Lahirnya Pancasila

Sejarah Lahirnya Pancasila sebagai Ideologi dan Dasar Negara
Ideologi dan dasar negara kita adalah Pancasila. Pancasila terdiri dari lima sila. Kelima sila itu adalah: Ketuhanan yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusayawaratan perwakilan, dan Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Untuk mengetahui latar belakang atau sejarah Pancasila dijadikan ideologi atau dasar negara coba baca teks Proklamasi berikut ini.
Sebelum tanggal 17 Agustus bangsa Indonesia belum merdeka. Bangsa Indonesia dijajah oleh bangsa lain. Banyak bangsa-bangsa lain yang menjajah atau berkuasa di Indonesia, misalnya bangsa Belanda, Portugis, Inggris, dan Jepang. Paling lama menjajah adalah bangsa Belanda. Padahal sebelum kedatangan penjajah bangsa asing tersebut, di wilayah negara RI terdapat kerajaan-kerajaan besar yang merdeka, misalnya Sriwijaya, Majapahit, Demak, Mataram, Ternate, dan Tidore. Terhadap penjajahan tersebut, bangsa Indonesia selalu melakukan perlawanan dalam bentuk perjuangan bersenjata maupun politik.
Perjuangan bersenjata bangsa Indonesia dalam mengusir penjajah, dalam hal ini Belanda, sampai dengan tahun 1908 boleh dikatakan selalu mengalami kegagalan.
Penjajahan Belanda berakhir pada tahun 1942, tepatnya tanggal 8 Maret. Sejak saat itu Indonesia diduduki oleh bala tentara Jepang. Namun Jepang tidak terlalu lama menduduki Indonesia. Mulai tahun 1944, tentara Jepang mulai kalah dalam melawan tentara Sekutu. Untuk menarik simpati bangsa Indonesia agar bersedia membantu Jepang dalam melawan tentara Sekutu, Jepang memberikan janji kemerdekaan di kelak kemudian hari. Janji ini diucapkan oleh Perdana Menteri Kaiso pada tanggal 7 September 1944. Oleh karena terus menerus terdesak, maka pada tanggal 29 April 1945 Jepang memberikan janji kemerdekaan yang kedua kepada bangsa Indonesia, yaitu janji kemerdekaan tanpa syarat yang dituangkan dalam Maklumat Gunseikan (Pembesar Tertinggi Sipil dari Pemerintah Militer Jepang di Jawa dan Madura)
Dalam maklumat itu sekaligus dimuat dasar pembentukan Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Tugas badan ini adalah menyelidiki dan mengumpulkan usul-usul untuk selanjutnya dikemukakan kepada pemerintah Jepang untuk dapat dipertimbangkan bagi kemerdekaan Indonesia.
Keanggotaan badan ini dilantik pada tanggal 28 Mei 1945, dan mengadakan sidang pertama pada tanggal 29 Mei 1945 – 1 Juni 1945. Dalam sidang pertama ini yang dibicarakan khusus mengenai calon dasar negara untuk Indonesia merdeka nanti. Pada sidang pertama itu, banyak anggota yang berbicara, dua di antaranya adalah Muhammad Yamin dan Bung Karno, yang masing-masing mengusulkan calon dasar negara untuk Indonesia merdeka. Muhammad Yamin mengajukan usul mengenai dasar negara secara lisan yang terdiri atas lima hal, yaitu:
1. Peri Kebangsaan
2. Peri Kemanusiaan
3. Peri Ketuhanan
4. Peri Kerakyatan
5. Kesejahteraan Rakyat
Selain itu Muhammad Yamin juga mengajukan usul secara tertulis yang juga terdiri atas lima hal, yaitu:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Persatuan Indonesia
3. Rasa Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan
dalam Permusyawaratan/Perwakilan
5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Usulan ini diajukan pada tanggal 29 Mei 1945, kemudian pada tanggal 1 Juni 1945, Bung Karno mengajukan usul mengenai calon dasar negara yang terdiri atas lima hal, yaitu:
1. Nasionalisme (Kebangsaan Indonesia)
2. Internasionalisme (Perikemanusiaan)
3. Mufakat atau Demokrasi
4. Kesejahteraan Sosial
5. Ketuhanan yang Berkebudayaan
Kelima hal ini oleh Bung Karno diberi nama Pancasila. Lebih lanjut Bung Karno mengemukakan bahwa kelima sila tersebut dapat diperas menjadi Trisila, yaitu:
1. Sosio nasionalisme
2. Sosio demokrasi
3. Ketuhanan
Berikutnya tiga hal ini menurutnya juga dapat diperas menjadi Ekasila yaitu Gotong Royong.
Selesai sidang pertama, pada tanggal 1 Juni 1945 para anggota BPUPKI sepakat untuk membentuk sebuah panitia kecil yang tugasnya adalah menampung usul-usul yang masuk dan memeriksanya serta melaporkan kepada sidang pleno BPUPKI. Tiap-tiap anggota diberi kesempatan mengajukan usul secara tertulis paling lambat sampai dengan tanggal 20 Juni 1945. Adapun anggota panitia kecil ini terdiri atas delapan orang, yaitu:
1. Ir. Soekarno
2. Ki Bagus Hadikusumo
3. K.H. Wachid Hasjim
4. Mr. Muh. Yamin
5. M. Sutardjo Kartohadikusumo
6. Mr. A.A. Maramis
7. R. Otto Iskandar Dinata
8. Drs. Muh. Hatta
Pada tanggal 22 Juni 1945 diadakan rapat gabungan antara Panitia Kecil, dengan para anggota BPUPKI yang berdomisili di Jakarta. Hasil yang dicapai antara lain disetujuinya dibentuknya sebuah Panitia Kecil Penyelidik Usul-Usul/Perumus Dasar Negara, yang terdiri atas sembilan orang, yaitu:
1. Ir. Soekarno
2. Drs. Muh. Hatta
3. Mr. A.A. Maramis
4. K.H. Wachid Hasyim
5. Abdul Kahar Muzakkir
6. Abikusno Tjokrosujoso
7. H. Agus Salim
8. Mr. Ahmad Subardjo
9. Mr. Muh. Yamin
Panitia Kecil yang beranggotakan sembilan orang ini pada tanggal itu juga melanjutkan sidang dan berhasil merumuskan calon Mukadimah Hukum Dasar, yang kemudian lebih dikenal dengan sebutan “Piagam Jakarta”.
Dalam sidang BPUPKI kedua, tanggal 10-16 juli 1945, hasil yang dicapai adalah merumuskan rancangan Hukum Dasar. Sejarah berjalan terus. Pada tanggal 9 Agustus dibentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Pada tanggal 15 Agustus 1945 Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu, dan sejak saat itu Indonesia kosong dari kekuasaan. Keadaan tersebut dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya oleh para pemimpin bangsa Indonesia, yaitu dengan memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, pada tanggal 17 Agustus 1945. Sehari setelah proklamasi kemerdekaan PPKI mengadakan sidang, dengan acara utama (1) mengesahkan rancangan Hukum Dasar dengan preambulnya (Pembukaannya) dan (2) memilih Presiden dan Wakil Presiden.
Untuk pengesahan Preambul, terjadi proses yang cukup panjang. Sebelum mengesahkan Preambul, Bung Hatta terlebih dahulu mengemukakan bahwa pada tanggal 17 Agustus 1945 sore hari, sesaat setelah Proklamasi Kemerdekaan, ada utusan dari Indonesia bagian Timur yang menemuinya.
Intinya, rakyat Indonesia bagian Timur mengusulkan agar pada alinea keempat preambul, di belakang kata “ketuhanan” yang berbunyi “dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” dihapus. Jika tidak maka rakyat Indonesia bagian Timur lebih baik memisahkan diri dari negara RI yang baru saja diproklamasikan. Usul ini oleh Muh. Hatta disampaikan kepada sidang pleno PPKI, khususnya kepada para anggota tokoh-tokoh Islam, antara lain kepada Ki Bagus Hadikusumo, KH. Wakhid Hasyim dan Teuku Muh. Hasan. Muh. Hatta berusaha meyakinkan tokoh-tokoh Islam, demi persatuan dan kesatuan bangsa.
Oleh karena pendekatan yang terus-menerus dan demi persatuan dan kesatuan, mengingat Indonesia baru saja merdeka, akhirnya tokoh-tokoh Islam itu merelakan dicoretnya “dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” di belakang kata Ketuhanan dan diganti dengan “Yang Maha Esa”.

Struktur Masyarakat Suku Bangsa Indonesia


Struktur Masyarakat Suku Bangsa Indonesia. Kendati kini rata-rata wilayah di Indonesia telah didera terpaan modernisasi, struktur-struktur masyarakat asli suku bangsa Indonesia tetap ada. Terpaan modernisasi yang terdiri atas proses mobilitas sosial, pendidikan, media massa, dan pembangunan ekonomi tidak berlaku menyeluruh sehingga mengubah seluruh aspek kehidupan asli suku-suku bangsa di Indonesia. Satu atau beberapa struktur asli masyarakat tetaplah ada.

Kuliah kali ini akan menghampiri struktur masyarakat beberapa suku bangsa di Indonesia. Utamanya, kajian ditujukan pada sistem kemasyarakatan di tengah suku bangsa yang tinggal di Indonesia. Kegiatan ini guna menghadirkan variasi pandangan “orang-orang Indonesia” tentang diri dan lingkungannya.

Struktur Masyarakat Tionghoa1

Orang-orang Tionghoa (sering juga disebut Cina) merupakan etnis yang berasal dari “luar” Indonesia. Namun, mereka ini telah lama hidup dan mengembangkan kebudayaan mereka di Indonesia. Bahkan, banyak di antara mereka yang telah menjadi warganegara Indonesia. Ini akibat anutan atas Ius Soli bagi kewarganegaraan Indonesia. Siapapun yang lahir di tanah Indonesia diakui pemerintahan sebagai warganegara Indonesia.

Banyak tokoh-tokoh Tionghoa yang memiliki saham dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia, misalnya Kapten John Lie, yang bertempur di pihak Indonesia saat revolusi fisik. Kemudian banyak di antara keturunan Tionghoa yang bergiat di bidang ekonomi, yang sedikit banyak mengurangi angka pengangguran di Indonesia dengan mendirikan sejumlah perusahaan. Bahkan beberapa keturunan Tionghoa menjadi politisi Indonesia semisal Kwik Kian Gie, Alvin Lie.

Stratifikasi Sosial. Masyarakat Tionghoa di Indonesia sederhana dibedakan atas lapisan buruh dan lapisan majikan, golongan miskin dan golongan kaya. Namun, perbedaan ini tidaklah mencolok kaerna golongan buruh tidak menyadari akan kedudukannya, demikian pula sebaliknya. Ini akibat masih adanya ikatan kekeluargaan antara buruh dan majikan. Sebuah perusahaan (kongsi) orang Tionghoa biasanya merupakan perusahaan yang dikerjakan oleh suatu keompok kekerabatan dan kadang-kadang merupakan usaha dari sekelompok orang yang berasal dari satu desa di Negara Cina dulu sebelum ke Indonesia.

Tionghoa Peranakan di Indonesia kebanyakan adalah orang Hokkien, merasa dirinya lebih tinggi dari orang Tionghoa Totok karena mereka menganggap Tionghoa Totok umumnya berasal dari kuli dan buruh. Sebaliknya Tionghoa Totok memandang rendah Tionghoa Peranakan karena mereka dianggap punya darah campuran.

Terdapat suatu pemisahan, misalnya, dalam bidang pendidikan. Ada anak-anak Cina yang mengikuti pendidikan Cina berorientasi ke Negara Cina dan sebagian lagi yang mengikuti pendidikan Indonesia dan Barat (sekolah umum). Timbul pemisahan antara golongan yang berpendidikan berlainan itu. Masing-masing menganggap lawannya sebagai lebih rendah.

Pimpinan Masyarakat Tionghoa. Saat kekuasaan Belanda dulu, pemerintah mengangkat seorang yang dipilih dari masyarakat itu sebagai pimpinan. Pemimpin yang diangkat itu memakai pangkat major (pangkat tertinggi), kapitein, luitenant dan wijkmeester (ketua RW). Para pemimpin ini punya tugas menghubungkan orang Tionghoa yang ingin mengurus suatu hal dengan pemerintah Belanda. Para pemimpin ini disebut orang Tionghoa sendiri sebagai kongkoan yang berarti kantor, karena mereka bekerja demi kepentingan orang Tionghoa.

Tugas utama kongkoan menjaga ketertiban dan keamanan dari masyarakat Tionghoa yang terdapat di suatu daerah atau kota, mengurus ada istiadat, kepercayaan, perkawinan, dan perceraian,, serta memutuskan segala hal. Mereka mencatat kelahiran, perkawinan dan kematian serta mengangkat sumpah. Kongkoan ini punya hak mengadili segala perkara (perkelahian, penipuan) di antara orang Tionghoa. Merek ajuga punya fungsi sebagai pemberi nasehat pada pemerintah Belanda, utamanya dalam masalah penarikan pajak dan merupakan saluran dari peraturan-peraturan pemerintah terhadap masyarakat Tionghoa. Umumnya pemimpin-pemimpin itu dipilih karena mereka punyapengaruh yang besar dan dihormati di antara orang-orang Tionghoa baik yang miskin maupun kaya. Tatkala kekuasaan Belanda berakhir, fungsi para kongkoan ini pun berakhir.

Perkumpulan dan Organisasi Orang Tionghoa. Awalnya orang Tionghoa di beberapa kota besar mendirikan perkumpulan “Kamar Dagang” yang disebut Sianghwee. Kamar Dagang adalah perkumpulan pedagang Tionghoa yang kerja untuk kepentingan anggota-anggotanya, utamanya mengurus pajak. Selain itu ada perkumpulan-perkumpulan yang didasarkan atas satu desa asal dari tanah Cina.

Sejak awal abad ke-20, nasionalisme Cina dengan cepat menjalar. Ini akibat kekecewaan orang Tionghoa terhadap pemerintah Belanda. Pada tahun 1900 didirikan suatu perkumpulan yang tujuannya memajukan nasionlisme Cina berdasarkan Teligi Kung Fu-Tse dan menyatukan orang Tionghoa yang masih provinsialistik. Perkmpulan itu awalnya ada di Jakarta tetapi kemudian juga muncul cabang-cabangya di seluruh Indonesia.

Pada tahun 1927 kaum cendekiawan Peranakan yang beroleh pendidikan Belanda mendirikan suatu organisasi yang disebut Chung Hua Hui yang mewakili orang Tionghoa di Volksraad.

Setelah Indonesia merdeka organisasi-organisasi yang sebelumnya ada dibubarkan dan dilebur ke dalam satu organisasi yang mewakilii orang-orang Tionghoa Peranakan dalam Dewan Perwakilan Rakyat yaitu Baperki. Di samping itu ada perkumpulan-perkumpulan agama Kristen, Sam Kauw, dan lainnya.

Struktur Kemasyarakatan Jawa2

Dalam masyarakat Jawa, orang masih membedakan antara orang priyayi dan wong cilik. Priyayi terdiri atas pegawai negari dan kaum terpelajar. Wong cilik adalah orang kebanyakan yang terdiri atas petani, tukang, dan pekerja kasar lain. Ini masih ditambah dengan stratifikasi lain yaitu keluarga kraton dan keturunan bangsawan atau bendara-bendara. Dalam kerangka susunan masyarakat ini, secara bertingkat yang berdasarkan atas gengsi itu, kaum priyayi dan bendara merupakan lapiran atas, sedang wong cilik menjadi lapisan masyarakat bawah.

Orang tani di desa-desa termasuk golongan wong cilik. Namun, wong cilik ini pun sesungguhnya berlapisa pula. Lapisan tertinggi dalam desa adalah wong baku. Lapisan ini terdiri dari keturunan orang-orang yang dulu pertama datang menetap di desa. Mereka ini puya sawah, rumah, dan pekarangan. Lapisan kedua adalah kuli gandok atau lindung. Mereka terdiri atas laki-laki yang telah kawing, tetapi tidak punya tempat tinggal sendiri sehingga terpaksa menetap di rumah kediaman mertuanya. Namun, itu tidak berarti mereka ini tidak punya tanah pertanian yang diperoleh dari warisan atau pembelian. Lapisan ketiga adalah joko, sinoman atau bujangan. Mereka semua belum menikah dan masih tinggal bersama-sama dengan orang tua sendiri atau ngenger di rumah orang lain. Golongan bujangan ini bisa mendapat atau memiliki tanah-tanah pertanian, rumah dan pekarangan dari pembagian warisan dan pembelian.

Berdasarkan sistem penggolongan di atas, munculnya hak dan kewajiban di antara mereka. Secara administrative, suatu desa di Jawa biasanya disebut kelurahan dan dikepalai oleh seorang lurah (juga diistilahkan petinggi, bekel, glondong). Kelompok dari 15 sampai 25 desa merupakan suatu kesatuan administrative yang disebut kecamatan dan dikepalai oleh seorang pegawai pamong praja yang disebut camat.

Dalam melakukan pekerjaan harian kepala desa dengan para pembantunya semua disebut pamong desa. Mereka punya 2 tugas pokok yaitu kesejahteraan desa dan tugas kepolisian untuk memelihara ketertiban desa. Lurah dipilih oleh dan dari penduduk desa sendiri, dengan ketentuan yang berlaku bagi calon yang dipilih dan memilih. Dengan adanya peraturan daerah yang berlaku dan disahkan, misalnya daerah Yogyakarta dan sekitarnya, dalam tiap kelurahan dibentuk Dewan Rakyat Kelurahan, yaitu suatu badang yang merupakan wakil dari rakyat untuk rakyat.

Organisasi pemerintahan itu sekaligus jadi badan pimpinan mencakup dari rakyat desa, mewajibkan lurah untuk mengangkat pembantu-pembantu. Adapun para pembantu itu adalah (1) carik, bertugas selaku pembantu umum dan penulis desa; (2) sosial yang memelihara kesejahteraan penduduk baik rohami maupun jasmani, (3) kemakmuran, yang punya tugas keternteraman lahir dan batin penduduk desa, (5) kaum, bertugas mengurus soal-soal nikah, talak, dan rujuk serta kegiatan-kegiatan keagamaan, termasuk kematian.

Desa terdiri atas dukuh. Sebab itu di dalam susunan kepemimpinan desa, tiap-tiap dukuh diketuai oleh kepala dukuh. Tiap anggota perangkat desa punya pembantu yang khusus melakukan pekerjaan atau tugas dari masing-masing kewajiban.

Dalam menjalankan usaha memelihara dan membangun masyarakat desanya para pamong desa harus sering mengerahkan baantuan penduduk desa dengan gugur gunung atau kerik desa guna bekerja sama membuat, memperbaiki, atau memelihara jalan desa, jembatan, bangunan sekolah desa atau balai desa, menggali saluran air, memelihara bendungan atau pintu-pintu air, merawat makam desa, masjid dan surau desa, serta mengadakan upacara bersih desa.

Struktur Masyarakat Suku Bangsa Bali3

Bali memiliki struktur masyarakat khas yang terus bertahan hingga kini. Struktur-struktur tersebut adalah Banjar, Subak, Seka, Gotong-Royong. Struktur tersebut merupakan pembagian atas wilayah, selain struktur lain yang didasarkan garis patrilineal.

Banjar. Banjar merupakan kesatuan berdasarkan wilayah desa-desa adat. Banjar di wilayah Bali pegunungan lebih kecil ketimbang di wilayah Bali tanah datar. Banjar sebab itu adalah kesatuan-kesatuan adat yang bisa saja terdiri atas lebih dari satu desa. Sifat keanggotaan banjar tidak tertutup dan terbatas kepada orang-orang asli yang lahir di dalam banjar itu. Jika ada ornga-orang dari wilayah-wilayah lain, atauyang lahir di banjar lain, dan kebetulah tinggal di sekitar wilayah banjar yang bersangkutan mau menjadi warga banjar itu, maka diperbolehkan saja. Pusat dari sebuah banjar adalah bale banjar di mana warga banjar saling bertemu dan berapat pada hari-hari yang tetap.

Banjar dikepalai seorang kepala yang disebut klian banjar (kliang). Ia dipilih untuk satu masa jabatan tertentu oleh warga banjar. Tugasnya tidak Cuma menyangkut urusan dalam kehidupan sosial banjar, tetapi juga lapangan keagamaan. Juga ia kerap memecahkan soal-soal menyangkut hukum adat tanah dan dianggap ahli dalam adat banjar umumnya.

Soal-soal yang menyangkut irigasi dan pertanian biasanya berada di luar wewenangnya. Hal itu adalah wewenangang organiassi irigasi subak. Kendati begitu, dalam rangka tugas administrative, klian banjar bertanggung jawab pada pemerintah di atasnya dan tidak bisa melepaskan diri dari soal-soal irigasi dan pertania banjarnya. Di samping mengurus persoalan Ibadan, klian banjar juga mengurus hal-hal bersifat administrasi pemerintahan.

Subak. Subak seolah terlepas dari banjar dan punya seorang kepala sendiri yang juga disebut klian banjar dan bertanggung jawab kepada kepala adat yang ada di atasnya yang disebut sedahan agung. Hal ini akibat orang-orang yang jadi warga suatu subak tidak semuanya sama dengan orang-orang yang menjadi warga suatu banjar. Warga subak adalah para pemilik atau penggarap sawah yang menerima air irigasinya dari bendungan yang diurus oleh suatu subak.

Sudah tentu tidak semua pemilik atau penggarap tadi hidup dalam satu banjar, tetapi di dalam beberapa banjar. Sebalinya, ada pula warga suatu banjar yang punya banyak sawah yang terpencar dan mendapat air dari bendungan-bendungan yang diurus oleh beberapa subak. Dengan demikian wrga banjar tadi itu akan menggabungkan diri dengan semua subak di mana ia punya sebidang sawah.

Seka. Seka adalah organisasi masrayakat desa di Bali yang bergerak dalam lapangan hidup yang khusus. Ia didirikan untuk waktu yang lama bahkan bersifat turun-temurun (tapi ada jguga yang sementara).

Ada seka-seka yang fungsinya menyelenggarakan upacara yang berkenaan dengan desa semisal seka baris (perkumpulan tari baris), seka truna (perkumpulan para pemuda), seka daha (perkumpunan gadis-gadis). Seka dalam arti ni tentu sifatnya permanen. Seka yang sifatnya sementara misalnya didirikan atas kebutuhan tertentu semisal seka memula (perkumpulan menanam), seka manyi (perkumpulan menuai), sega gong (perkumpulan gamelan). Seka-seka ini biasanya juga merupakan perkumpulan yang terlepas dari organisasi desa dan banjar.

Gotong-royong. Dalam masyrakat desa di Bali, ada beberapa cara dan sistem gotong-royong seperti antara individu dan individu atau keluarga dan keluarga. Gotong-royong semacam itu disebut nguopin dan meliputi lapangan aktivitas di sawa (menanam, menyiangi, panen), sekitar rumah tangga (memperbaiki atap rumah, dinding rumah, menggali sumur), dalam perayaan atau upacara yang diadakan suatu keluarga atau dalam peristiwa kecelakaan dan kematian.

Dalam hal gotong-royong ada seorang atau keluarga minta bantuan dari tetangganya, atau keluaga lain, dengan suatu sopan santun yang telah digariskan olehadat dan dengan pengertian bahwa ia wajib untuk membalas bantuan tenaga yang disumbangkan kepadanya dengan bantuan tenaga juga. Nguopin dalam aktivitas sekitar rumah tangga di kota kini sudah banyak hilang dan digantikan dengan sistem menyewa tenga upahan karena sistem itu sekarang dianggap lebih praktis dan seringkali malah lebih murah.

Selain nguopin, ada pula gotong-royong antara seka dengan seka. Cara ini disebut ngedeng (menarik). Misalnya suatu perkumpulan gamelan cditarik untuk ikut serta dengan seka lain dalam menyelenggarakan tarian dalam upacara odalan. SElain nguopin dan ngedeng, ada juga ngayah atau ngayang yang merupakan sistem kerja bakti.

Struktur Sosial Bugis-Makassar4

Stratifikasi sosial lama dan baru menandai struktur sosial Bugis-Makassar ini. Dalam stratifikasi sosial lama orang Bugis-Makassar terdiri atas 3 lapisan pokok yaitu : (1) Anakarung (Makassar: ana’ karaeng) yaitu lapisan kaum kerabat raja-raja; (2) To-maradeka (Makassar: Tu-mara-deka) yaitu lapoisan orang merdeka yang merupakan sebagian besar dari rakyat Sulawesi Selatan; dan (3) Ata yaitu lapisan orang budak, orang yang ditangkap dalam peperangan, tidak dapat membayar utang, atau melanggar pantangan adat.

Sebelum ketiga lapisan di atas, orang Bugis-Makassar mulanya hanya terdiri dari dua lapisan dan lapisan Ata merupakan perkembangan kemudian yang terjadi dalam jaman perkembangan dari organisasi-organisasi pribumi di Sulawesi Selatan. Di abad ke-20 lapisan Ata ini menghilang karena ada larangan dari colonial Belanda dan desakan agama.

Pasca Perang Dunia II, perbedaan antara Ana Karung dan To Maradeka dalam kehidupan masyarkat juga mulai berkurang cepat. Adapun gela-gelar ana karung seperti Karaenta, Puatta, Andi dan Daeng, kendati masih dipakai tidak lagi punya arti seperti dulu. Saat ini malah sering dengan sengaja diperkecil artinya dalam proses perkembangan sosialisasi dan dalam demokratisasi dari masyarakat Indonesia. Stratifikasi sosial lama sekarang sering dianggap sebagai hambatan untuk kemajuan. Namun, suatu stratifikasi sosial yang baru yang condong berkembang atas dasr tinggi-rendahnya pangkat dalam sistem birokrasi kepegawaian atau atas dasar pendidikan di sekolah belumlah lagi berkembang.

Struktur Masyarakat Suku Bangsa Minangkabau5

Paruik. Susunan masyarakat Minangkabau terkecil bernama Paruik. Jika di Indonesiakan secara harfiah artinya ‘perut’. Yang dimaksud paruik disini adalah suatu keluarga besar atau famili, dimana semua anggotanya berasal dari satu perut. Setiap anggota yang berasal dari satu perut itu dinamakan “saparuik”.

Seluruh anggota dari paruik itu dihitung menurut garis ibu, sedangkan para suami dari pada anggota tersebut tidaklah termasuk didalamnya. Menurut istilah Minangkabau para suami itu disebut “urang sumando”. Urang sumando biasa juga dinamakan “urang datang”, karena ia sebagai pendatang di rumah istrinya. Memang begitulah perkawinan yang bersifat matrilineal, bukan istri yang tinggal di rumah suami, tetapi suami yang tinggal di rumah istri.

Kedudukan urang sumando di rumah, diibaratkan sebagai abu diateh tunggua (Abu diatas tunggul), dengan kata lain ia tidak mempunyai kekuasaan apa-apa. Sekalipun tidak berkuasa, urang sumando paling dihormati di tengah rumah, disegani dan dimanjakan oleh segenap keluarga istrinya, dijaga hatinya supaya jangan tersinggung, ditanai bak manantiang minyak panuah (bagai menating minyak penuh). Inilah imbangannya sebagai suatu cara dalam membina rumah tangga yang harmonis. Tiap-tiap paruik dipimpin oleh seorang penghulu yang dijabat oleh seorang laki-laki dari saudara ibu, dan dipilih oleh segenap anggota dari paruik itu sendiri.

Jurai. Apabila anggota paruik telah bertambah banyak, maka paruik akan membelah diri menjadi unit-unit yang berdiri sendiri. Unit-unit ini disebut jurai dan ada juga yang menyebutnya toboh. Ia merupakan suatu kesatuan keluarga kecil yang sadapua (sedapur). Pimpinannya dinamakan mamak rumah dan sering juga disebut tungganai. Jabatan tungganai langsung langsung dipegang oleh seorang laki-laki tertua dari saudara-saudara ibu, tidak melalui pemilihan.

Semua anak yang dilahirkan dalam keluarga tersebut memanggil mamak, sebaliknya mamak menyebutnya mereka kamanakan. Dari hubungan yang sedemikian timbullah satu tata tertib bamamak bakamanakan. Salah satu dari kembangan dari tata-tertib itu adalah kamanakan saparintah mamak (kamanakan seperintah mamak). Pengertian perintah disini bukanlah kekuasaan tangan besi, tapi lebih bersifat tanggung jawab dan membimbing.

Mamak mempunyai tanggung jawab yang besar terhadap kemenakan-kemenakannya.
Kampung. Kumpulan dari semua anggota yang berasal dari satu paruik sebagaimana dijelaskan diatas, ada yang terhimpun dalam sebuah rumah gadang (Rumah Besar), juga ada pula yang dihimpun di dalam beberapa buah rumah yang berdekatan letaknya. Himpunan inilah yang disebut kampuang.

Dalam bahasa Minangkabau, kampuang sama artinya dengan kumpulan atau himpunan (dikampuangkan=dikumpulkan). Tiap tiap kampung mempunyai pimpinan, yang mana tugasnya adalah untuk memimpin usaha-usaha bersama dengan tanggung jawab ringan sajejenjeng, barek sapikua (ringan sama dijinjing, berat sama dipikul). Pimpinan atau ketua dari perkampungan ini disebut Tuo kampuang. Jadi pengertian kampung adalah sekumpulan rumah yang anggotanya berasal dari satu paruik dan dipimpin oleh seorang tuo kampuang yang dipilih.

Suku. Perkembangan paruik menimbulkan jurai-jurai. Lama kelamaan jurai pun berkembang biak pula sehingga menjurus terbentuknya paruik-paruik baru. Kemudian paruik ini mendirikan kampuang-kampuang. Sebagian kampuang itu berjauhan letaknya akibat kesempitan di tanah asal. Sekalipun demikian hubungan antar kampuang yang sudah banyak itu masih terikat kepada kampung asal. Perkembangan dari kampung kampung inilah yang kemudian menimbulkan suku-suku, yang dikenal dengan 4 suku asal yaitu : Koto, Piliang, Bodi dan Chaniago.

Suku artinya kaki, yaitu kaki dari seekor hewan seperti kambing, sapi, kerbau dan sebagainya. Itulah asal mula pengertian suku di Minangkabau sekarang.

Perkembangan selanjutnya, suku dipahamkan sebagai satu kesatuan masyarakat dimana setiap anggota merasa badunsanak (bersaudara) dan seketurunan, serta mempunyai pertalian darah menurut garis ibu, jadi mengandung pengertian genealogis.

Setiap anggota yang mempunya suku yang sama dinamakan sapasukuan dan tidak boleh mengadakan hubungan perkawinan diantara mereka. Dengan demikian suku-suku diminangkabau adalah merupakan kesatuan eksogami. Bila ditinjau secara mendalam, dengan perkawinan yang eksogami itulah sebenarnya terletak kunci daripada keutuhan dan kerukunan suku-suku di Minangkabau.

Tiap-tiap suku dipimpin oleh seorang pangulu dengan pangilan Datuak sebagai sebutan sehari-hari. Setiap suku mempunyai gelar pusaka tertentu, gelar juga tidak berbatas kepada pangulu tetapi setiap laki-laki yang sudah berumah tangga mempunyai gelar dengan peringkat sutan (misalnya datuak Batuah, gelar seorang penghulu atau Sutan Batuah, gelar seorang laki-laki yang sudah menikah)

Istilah pangulu suku adakalanya disebut pangulu andiko dijabat oleh seorang laki-laki yang dipilih oleh segenap anggota keluarga dalam suku.

Nagari. Berlainan dengan paruik, kampuang dan suku, nagari adalah merupakan suatu masyarakat hukum. Nagari adalah gabungan dari beberapa buah suku, minimal mempunyai 4 buah suku. Jadi ia mirip jadi federasi berdasarkan genealogis. Menurut hukum adat (undang undang nagari), ada empat syarat untuk mendirikan sebuah nagari (1) mempunyai sedikitnya 4 suku, (2) punya balairung untuk bersidang, (3) sebuah mesjid untuk beribadah, dan (4) sebuah tepian tempat mandi.

Setiap nagari punya batas-batas tertentu yang ditetapkan atas dasar pemufakatan dengan para pangulu dan nagari-nagari bersebelahan. Batas-batas itu adakalanya ditentukan dengan batas-batas alam seperti sungai, sawah, tetapi ada juga yang diberi tanda yang dinamakan lantak pasupadan.

Disamping itu nagari juga mempunyai pemerintahan sendiri oleh dewan kerapatan adat nagari yang anggotanya terdiri dari pangulu andiko sebagai wakil paruik, maupun suku. Dengan demikian dapatlah dikatakan nagari pada hakekatnya adalah suatu pemerintahan berbentuk republik otonom.
Kelarasan. Dalam logat bahasa minang, perkataan laras disebut lareh. Adapun arti laras ialah sebagai yang kita pakai sekarang ini juga. Selaras artinya seukuran atau seimbang, diselaraskan artinya dipersamakan. Menurut pengertian adat, kelarasan berarti suatu sistem pemerintahan berupa tata cara adat yang sudah turun temurun yang dikenal dengan nama adat ketumanggungan (Koto dan Piliang) dan adat perpatiah nan sabatang (Bodi dan Chaniago).

Kedua sistem inilah yang dipakai para pengulu dalam mengatur dan menjalankan pemerintahan nagari diseluruh alam Minangkabau. Oleh Belanda kemudian kelarasan dijadikan suatu daerah administratif dengan jalan menyusun dan mengelompokkan nagari-nagari yang seadat selembaga (selaras), sehingga lareh nan duo (dua kelarasan) akhirnya menjelma menjadi banyak kelarasan, dengan tuangku lareh sebagai kepalanya.

Menurut riwayat, timbulnya kelarasan di Minangkabau adalah sebagai akibat dari perselisihan pendapat antara Ninik nan Baduo (ninik yang berdua), yaitu Datuak Ketumanggungan dan Datuak Parapatiah nan sabatang. Perselisihan itu timbul ketika raja Adityawarman hendak memaksakan kemauannya untuk mendirikan kerajaan Pagaruyung. Rencana ini mendapat tantangan dari datuak Parapatiah nan sabatang. Tetapi Datuak Parapatiah Nan Sabatang menolak bentuk kerajaan yang berdaulat kepada seorang raja. Ia mempertahankan “adat lama pusaka usang”, yaitu beraja kepada mufakat, hanya kata mufakatlah yang berdaulat, dan mufakat itulah kata ganti Raja.

Akhirnya perbedaan pendapat itu memuncak menjadi suatu pertentangan yang sengit, dimana Datuak Katumanggungan tetap mempertahankan kata pilihannya (asal kata Koto-Piliang) yaitu sistem kerajaan. Begitu juga Datuak Parapatiah nan sabatang tidak mau beranjak dari pilihannya semula, ia tetap mempertahankan sistem kedaulatan rakyat atas dasar musyawarah dan mufakat. Bagi dia Budi yang berharga (asal kata Bodi Chaniago), oleh karena itu pula dia tidak mau mengakui Adityawarman sebagai raja alam Minangkabau. Kelarasan Koto Piliang adalah mewakili adat lembaga yang bersifat konservatif, lazimnya disebut adat beraja (adaik barajo-rajo).

Dengan sistem adat datuak katumanggungan dijumpai adanya tingkatan-tingkatan penguasa sebagai pembantu raja (berjenjang naik bertangga turun). Juga sudah dikenal adanya pembagian kekuasaan. Ada tiga kekuasaan yang penting, yaitu dikenal dengan nama Rajo nan tigo selo, yaitu : (1) rajo di buo (raja adat), (2) Rajo disumpua kuduih (Raja ibadat), dan (3) Rajo Pagaruyuang (Rajo Alam) yang dijadikan daulat yang dipertuan dalam lareh koto piliang sebagai instansi tertinggi dalam membanding hukum. Dibawah rajo nan tigo selo ada lagi Basa Ampek Balai.

Demikian juga sistem pemerintahan nagari, kedudukan pengulu juga bertingkat tingkat. Ada pengulu pucuak, pengulu suku dan pengulu andiko.

Berbeda dengan sistem adat Datuak Katumanggungan, maka menurut adat Parapatiah Nan Sabatang, pemerintahan nagari dijalankan secara kolektif oleh para pengulu andiko di dalam suatu kerapatan nagari. Disini tidak dijumpai adanya tingkatan pengulu semua berandiko, duduak samo randah tagak samo tinggi (duduk sama rendah berdiri sama tinggi). Salah seorang diantara mereka dipilih jadi ketua, biasanya orang yang sudah tua dalam usia dan pengalaman.

Sebagai kesimpulan, ada dua macam raja menurut pandangan orang Minangkabau, pertama raja alam yaitu sekata alam mendirikannya, kedua adalah raja yang berdiri sendirinya yaitu Alua jo patuik (Alur dan Patut) yang bermakna ‘kebenaran’. Inilah Rajo nan sabana rajo (raja yang sebenar raja).

Luhak. Menurut tambo alam Minangkabau, luhak artinya lubuk. Pada masa dulu di daerah Pariangan (kampung asal orang Minangkabau) terdapat tiga buah lubuk atau sumur. Kemudian karena negeri sudah sempit, mereka berpencar keluar untuk mencari daerah baru. Daerah daerah baru yang ditempati tersebut diberi nama sesuai dengan nama lubuak mereka masing-masing yaitu (1) Luhak Tanah Data, (2) Luhak Agam dan (3) Luhak Lima Puluh Koto. Pembagian daerah Minangkabau atas tiga daerah grafis itu oleh Belanda dilanjutkan dengan mengunakan istilah afdeling di bawah pimpinan Asisten Residen yang oleh penduduk dinamakan Tuan Luhak.

Rantau. Di luar daerah yang tiga luhak ini dinamakan rantau yang meliputi daerah pesisir barat, juga termasuk daerah pesisir timur seperti Rokan, Siak, Kampar, Batang Hari dan Negeri sembilan di Malaysia Barat. Daerah rantau dipimpin oleh pangulu (memakai adat Bodi Chaniago).

Struktur Masyarakat Suku Bangsa Aceh. 6

Tatkala Aceh masih diperintah seorang Sultan (utamanya Sultan Iskandar Muda), terdapat urutan kesatuan territorial Aceh dari yang terkecil hingga terbesar sebagai berikut :
  1. Gampong (atau, desa)
  2. Mukim (kumpulan desa)
  3. Daerah Ulee Balang (distrik)
  4. Daerah Sagoe (kumpulan beberapa mukim)
  5. Daerah Sultan (mungkin sama denga kotaraja)

Secara politik, pemerintahan tertinggi dipegang oleh Sultan (kalau perempuan Sultana). Sultan punya pembantu-pembantu yaitu Lakseumana selaku panglima perang, upah yang merupakan kepala polisi selaku keamanan dalam negeri, dua orang sekretasi selaku pengurus surat-menyurat, dan majelis selaku pengontrol jalannya pemerintahan.

Gampong. Gampong terdiri atas beberapa pejabat. Pertama adalah Keusyik atau kepala gampong. Jabatan ini bersifat turun-temurun dan disemikan oleh Ulee Balang. Ia dapat dipecat oleh Ulee Balang. Keusyik berkewajiban untuk (1) menjaga ketertiban, keamanan, dan adat gampong, (2) memakmurkan gampong, (3) memberi keadilan dalam perselisihan warga.

Kedua adalah Teungku, atau lebih tepatnya Teungku Meunasah. Pejabat in bertindak selaku kepala agama dalam gampong. Ia dipilih dan dapat dijabat oleh setiap orang yang paham agama Islam. Jabatan ini tidak bersifat turun-temurun. Gelar ‘teungku’ biasanya pula disandangkan pada orang laki-laki yang sudah menikah. Namun, dalam tata struktur ia biasanya merujuk pada pemimpin agama Islam. Teungku berbeda dengan Teuku, karena Teuku lebih bernuansa ningrat atau bangsawan. Ulee Balang dan turunannya menggunakan gelar Teuku.

Ketiga adalah Ureung Tua. Di gampong biasanya ada majelis yang terdiri atas beberapa orang yang tua-tua dan banyak pengalaman serta paham adat. Mereka merupakan wakil rakyat dan dipilih dan ikut serta membicarakan kepentingan desa. Dengan demikian, gampong mencirikan masyarakat demokratis yang mengkompromikan unsure agama dan unsure adat.

Mukim. Mukim adalah suatu gabungan dari gampong-gampong dan merupakan kesatuan hukum yang bercorak agama. Kepala mukim disebut imum. Imum mulanya pemimpin masjid dan berarti pemimpin urusan agama. Lambat lain ia punya kekuasaan duniawi dalam pemerintahan karena diangkat oleh Ulee Balang. Daerah Ulee Balang merupakan gabungan dari mukim-mukim. Kepala beberapa mukim disebut Ulee Balang dan memegang jabatan secara turun-temurun dan bersifat otonom.

Sagoe. Daerah ini merupakan gabungan mukim-mukim juga, tetapi lebih luas dari daerah Ulee Balang. Kepala sagoe disebut Panglima. Panglima merupakan penasehat Sultan. Dulu di Aceh dikenal 3 buah Sagoe yaitu Sagi 22 (22 mukim), Sagi 25 (25 mukim) dan Sagi 26 (26 mukim).

Sultan. Daerah sultan merasuki daerah Ulee Balang dan daerah Panglima Sagoe. Bedanya, daerah Ulee Balang ini lebih bersifat otonom dan daerah Panglima Sagoe ini merupakan daerah yang berada langsung di bawah Sultan. Daerah-daerah Sultan yang tetap adalah sesuai dengan batas-batas daerah Aceh sekarang.

-------------------------------------------

Referensi :

I Gusti Ngurah Bagus, Kebudayaan Bali, dalam Koentjaraningrat, Manusia dan Kebudayaan di Indonesia, (Jakarta: Djambatan, 2007) h. 286.

Kodiran, “Kebudayaan Jawa”, dalam Koentjaraningrat, Manusia dan Budaya di Indonesia, (Jakarta: Djambatan, 2007) h. 329.

Mattulada, Kebudayaan Bugis-Makassar, dalam Koentjaraningrat, Manusia dan Kebudayaan di Indonesia, (Jakarta: Djambatan, 2007) h. 266.

Puspa Vasanty, “Kebudayaan Orang Tionghoa di Indonesia” dalam Koentjaraningrat, Manusia dan Kebudayaan di Indonesia, (Jakarta: Djambatan, 2007) h. 353.

Syahrir A.S., Struktur Masyarakat Minangkabau, dalam http://palantaminang.wordpress.com

Teuku Sjamsuddin, “Kebudayaan Aceh” dalam Koentjaraningrat, Manusia dan Kebudayaan di Indonesia, (Jakarta: Djambatan, 2007) h. 229.

Hasil Perolehan Suara Pemili 1955

Landasan hukum Pemilu 1955 adalah UU No.7 tahun 1953 yang diundangkan 4 April 1953. Dalam UU tersebut, Pemilu 1955 bertujuan memilih anggota bikameral: Anggota DPR dan Konstituante (seperti MPR). Sistem yang digunakan adalah Proporsional. Menurut UU nomor 7 tahun 1953 tersebut, terdapat perbedaan sistem bilangan pembagi pemilih (BPP) untuk anggota konstituante dan anggota parlemen. Perbedaan-perbedaan tersebut sebagai berikut (pasal 32 dan 33) :1

  • jumlah anggota konstituante adalah hasil bagi antara total jumlah penduduk Indonesia dengan 150.000 dibulatkan ke atas
  • jumlah anggota konstituante di masing-masing daerah pemilihan adalah hasil bagi antara total penduduk WNI di masing-masing wilayah tersebut dengan 150.000; Jumlah anggota konstituante di masing-masing daerah pemilihan adalah bilangan bulat hasil pembagian tersebut; Jika kurang dari 6, dibulatkan menjadi 6; Sisa jumlah anggota konstituante dibagikan antara daerah-daerah pemilihan lainnya, seimbang dengan jumlah penduduk warganegara masing-masing;
  • jika dengan cara poin ke dua di atas belum mencapai jumlah anggota konstituante seperti di poin ke satu, kekurangan anggota dibagikan antara daerah-daerah pemilihan yang memperoleh jumlah anggota tersedikit, masing-masing 1, kecuali daerah pemilihan yang telah mendapat jaminan 6 kursi itu
  • penetapan jumlah anggota DPR seluruh Indonesia adalah total jumlah penduduk Indonesia dibagi 300.000 dan dibulatkan ke atas
  • jumlah anggota DPR di masing-masing daerah pemilihan adalah hasil bagi antara total penduduk WNI di masing-masing wilayah tersebut dengan 300.000; Jumlah anggota DPR di masing-masing daerah pemilihan adalah bilangan bulat hasil pembagian tersebut; Jika kurang dari 3, dibulatkan menjadi 3; Sisa jumlah anggota DPR dibagikan antara daerah-daerah pemilihan lainnya, seimbang dengan jumlah penduduk warganegara masing-masing;
  • jika dengan cara poin ke lima di atas belum mencapai jumlah anggota DPR seperti di poin ke empat, kekurangan anggota dibagikan antara daerah-daerah pemilihan memperoleh jumlah anggota tersedikit, masing-masing 1, kecuali daerah pemilihan yang telah mendapat jaminan 3 kursi itu.


Pemilu 1955, sebab itu, ada 2 putaran. Pertama untuk memilih anggota DPR pada tanggal 29 September 1955.1 Kedua untuk memilih anggota Konstituante pada tanggal 15 Desember 1955. Pemilu untuk memilih anggota DPR diikuti 118 parpol/gabungan/perseorangan dengan total suara 43.104.464 dengan 37.785.299 suara sah. Sementara itu, untuk pemilihan anggota Konstituante, jumlah suara sah meningkat menjadi 37.837.105 suara. Pemilu DPR akhirnya memilih 257 anggota DPR, sementara pemilu Konstituante akhirnya memilih 514 anggota Konstituante.


Pendidikan Bahasa Asing untuk Anak

Pendidikan Bahasa Asing untuk Anak. Seri tulisan pendidikan Islam untuk anak muslim
Di era teknologi komunikasi di mana hubungan antar-negara dan antar-bangsa semakin mudah dan tak terhindarkan seperti saat ini, menguasai bahasa asing akan memiliki keuntungan tersendiri bagi siapapun yang ingin memiliki kemampuan kompetitif.  Saya kira semua orang tua sepakat bahwa anak yang memiliki kemampuan bahasa asing akan lebih diuntungkan dalam tujuan apapun. Baik itu untuk mencari kerja atau da’wah Islam.
Dan kesadaran akan pentingnya mempelajari bahasa asing itu bukan hanya ada saat ini. Nabi Muhammad menyuruh Sahabat Zaid bin Tsabit untuk mempelajari bahasa Yahudi. Dalam sebuah hadits sahih riwayat Tirmidzi, Zaid bin Tsabit mengatakan demikian:
“Rasulullah SAW pernah memerintahkan aku agar mempelajari tulisan bahasa Yahudi untuknya .. Setelah aku dapat menguasainya dan Nabi SAW bermaksud berkirim surat kepada orang Yahudi, maka akulah yang menuliskannya buat mereka, dan apabila mereka berkirim surat kepada Nabi SAW maka akulah yang membacakan surat mereka kepada beliau.” Pada hadits lain disebutkan bahwa Nabi Muhammad juga memerintahkan Zaid untuk mempelajari bahasa Suryani (Syriac language).
Alasan utama Rasulullah meminta Zaid bin Tsabit mempelajari kedua bahasa tersebut sudah jelas seperti penuturan Zaid bin Tsabit yaitu mempelancar komunikasi. Mengapa kedua bahasa itu yang dipilih Nabi untuk dipelajari karena kedua bahasa tersebut termasuk dua bahasa yang sangat berpengaruh pada saat itu. Sehingga memahami kedua bahasa tersebut akan sangat menguntungkan bagi dakwah Islam. Tentu, mempelajari bahasa tidak harus bertujuan dakwah semata. Untuk tujuan-tujuan lain seperti ekonomi dan keilmuan juga diperbolehkan.
Lalu, pelajaran bahasa asing apa yang harus diberikan pada anak pada zaman ini? Sebaiknya salah satu dari bahasa asing yang paling berpengaruh saat ini. Menurut George Weber dalam majalah Language Today edisi Mei 2008 10 bahasa yang paling berpengaruh di dunia adalah sebagai berikut:    1. Inggris   2. Prancis   3. Spanyol   4. Rusia   5. Bahasa Arab   6. China   7. Jerman   8. Jepang  9. Portugis Brasil  10. Hindi/Urdu.
Tentunya setiap orang tua memiliki pilihan tersendiri bahasa asing apa yang paling penting dipelajari anak dari antara 10 bahasa asing di atas. Untuk anak saya yang saat ini baru berusia 2.5 dan 1.5 tahun, saya berencana mengajarkan Bahasa Inggris dan Bahasa Arab.  Alasannya jelas, Bahasa Inggris adalah bahasa paling berpengaruh saat ini dan paling luas dipakai sebagai bahasa ilmu pengetahuan, bahasa komunikasi antarbangsa di samping bahasa dakwah. Bahasa Arab menjadi keharusan karena ia bahasa Al Quran, bahasa Hadits dan mayoritas ilmu-ilmu Islam klasik dan modern ditulis dalam bahasa Arab.
Pendidikan bahasa asing sejak dini pada anak dapat dilakukan dengan berbagai cara di antaranya:
Pertama, diajarkan di rumah. Baik dengan mendatangkan guru privat ke rumah atau diajari sendiri oleh orang tua. Kalau orang tua mampu tentunya.
Kedua, disekolahkan sejak TK sampai SLTA di tempat yang mengajarkan bahasa asing. Atau kalau tidak memungkinkan, anak diikutkan kursus bahasa asing.
Alternatif lain adalah dengan cara mengirim anak ke pesantren yang mengajarkan bahasa asing sambil sekolah SLTP dan SLTA. Cara terakhir ini termasuk paling efektif karena pendidikan bahasa asing di pesantren dilakukan selama 24 jam setiap hari bersama anak-anak lain yang memiliki kemampuan serupa dan setara. Itu kalau bahasa asing yang dipilih adalah bahasa Inggris dan Arab. Sedang untuk bahasa lain, seperti bahasa Jepang, Korea atau Prancis harus mengikuti kursus di luar

7 Penemuan Ilmuwan Muslim

Penemuan –penemuan ini sempat terlupakan oleh masyarakat dunia. Untuk itu sebuah yayasan sains, teknologi dan peradaban (The Foundation of science technology and civilization (FSTC) yang berpusat di London mengadakan pameran untuk memperlihatkan dan menegaskan kepada publik tentang kontribusi peradaban non-barat yang sudah ada 1000 tahun yang lampau. Berikut penemuan itu : 


1.    Operasi Bedah
Sekitar tahun 1000 seorang dokter Al Zahrawi mempublikasikan 1500 halaman ensiklopedia berilustrasi tentang operasi bedah yang digunakan di Eropa sebagai referensi  medis selama lebih dari 500 tahun. Zahrawi menggunakan larutan usus kucing menjadi benang jahitan, sebelum menangani operasi kedua untuk memindahkan jahitan pada luka. Dia juga melakukan operasi Caesar dan menciptakan sepasang alat jepit pembedahan


2.  Kopi pertama kali dibuat di Yaman pada sekitar abad ke-9. Pada awalnya kopi membantu kaum sufi  tetap terjaga ibadah larut malam. Kemudian dibawa ke Kairo oleh sekelompok pelajar. Pada abad ke 13 Kopi menyebrang ke Turki tetapi baru abad ke 16 ketika kacang mulai direbus di Eropa. Kopi dibawa ke Italia oleh pedagang Venesia.

       3. Universitas
Ilustrasi
Pada tahun 859 seorang putri muda bernama Fatima al-Firhi mendirikan sebuah universitas tingkat pertama di Fez Maroko. Saudara perempuannya Miriam mendirikan masjid indah bersamaan menjadi masjid dan universitas Al-Qorawiyyin dan terus beroperasi selama 1200 tahun kemudian. Hassani mengatakan dia berharap orang akan ingat bahwa belajar adalah inti utama tradisi Islam dan cerita tentang al-Firhi bersaudara akan menginspirasi wanita muslim dimana pun di dunia.


4.   Optik
Diantara tahun 1.000 Ibn al-Haitham membuktikan bahwa manusia melihat objek dari refleksi cahaya dan masuk kemata, mengacuhkan teori Euclid dan Ptolomy bahwa cahaya dihasilkan dari dalam mata sendiri. Fisikawan hebat muslim lainnya juga menemukan fenomena pengukuran kamera dimana dijelaskan bagaimana mata gambar dapat terlihat dengan koneksi antara optik dan otak.
Ilustrasi
1.      
5.   5. Musik
Musisi muslim memiliki dampak signifikan di Eropa. Diantara banyak instrument yang hadir ke Eropa melalui Timur tengah adalah lute dan rahab, nenek moyang biola. Skala notasi musik modern juga dikatakan berasal dari alphabet arab.


      6. Sikat Gigi
Menurut Hasani, Nabi Muhammad SAW mempopulerkan penggunaan sikat gigi pertama kali pada tahun 600. Menggunakan ranting pohon Miswak, untuk membersihkan gigi dan menyegarkan nafas. Kandungan dalam Miswak juga digunakan dalam pasta gigi modern.



7. Engkol 
Dengan mengkonversi gerakan memutar dengan gerakan lurus, pemutar memungkinkan objek berat terangkat relativ lebih mudah. Teknologi ini ditemukan oleh Al-Jazari pada abad ke 12, kemudian digunakan dalam penggunaan sepeda hingga kini.




Sumber: http://cuyexsholic.blogspot.com/

Mempercepat Akses Internet

Pada artikel sebelumnya sudah sempat saya posting cara setting mozilla untuk mempercepat akses internet. Berikut ini coba saya share lagi cara setting komputer kita untuk mempercepat akses internet. 

1. Klik Start
2. Klik Run
3. Ketik gpedit.msc
4. Kemudian klik Ok
5. Setelah masuk klik (buka) Administrative Templates
6. Kemudian klik (buka) Network
7. Setelah terbuka klik QoS Packet scheduler
8. Kemudian klik Limit Reservable Bandwidth
9. Dan setelah terbuka ubah setting menjadi Enable
10. Kemudian ubah Bandwidth Limitnya menjadi 0
11. Klik Apply, dan terus Ok
12. Kemudian keluar dan Restart komputer



Cukup singkat, cukup mudah semoga bermanfaat.

Cara Menambah Kecepatan Mozilla Firefox

Mesin browsing yang paling banyak digunakan, setidaknya itu hasil survei yang sempat saya baca. Yup Mozilla Firefox, tapi untuk membuatnya lebih cuepet lg kita bisa melakukan setting mozilla di komputer kita. Berikut caranya:

1.  Open your Mozilla firefox
2.  Ketikan di addres bar  "about:config" (tanpa tanda petik) kemudian klik ENTER.
3.  Scroll mouse anda kebawah dan cari "network.http.max-connections", double klik dan masukan nilai "64".
4.  Cari "network.http.max-connections-per-server", double klik dan masukan nilai "21".
5.  Cari 'network.http.max-persistent-connections-per-server", double klik dan masukan nilai "8".
6.  Doube klik pada "network.http.pipelining " menjadi "true".
7.  Cari "network.http.pipelining.maxrequests", double klik dan masukan nilai "100".
8.  Double klik pada "network.http.proxy.pipelining" menjadi "true".
9.  Langkah terakhir, klik kanan dimana saja pilih :
"New >> integrar >> lalu tulis "nglayout.initialpaint.delay" (tanpa tanda petik". Kemudian masukan nilai "0".

Caranya cukup mudah, semoga bermanfaat.

Pendidikan Periode Kerajaan Islam

endidikan adalah cara untuk mewariskan ilmu atau pengetahuan yang dimiliki generasi sebelumnya ke generasi selanjutnya. Pendidikan sudah ada sejak manusia dilahirkan ke dunia ini karena pendidikan akan selalu dijalani manusia hingga nyawa meregang dari tubuh manusia tersebut. Karena di setiap perjalanan hidup manusia pasti akan mengalami penambahan ilmu dari pengalaman hidupnya.

Dari zaman ke zaman metode atau cara pendidikan akan selalu berubah-ubah menyesuakinan kebutuhan dan kepentingan dari pengetahuan yang akan di transfer atau di bagi kepada penerus atau orang lain. Pada pembahasan kali ini kita akan membahas mengenai Perkembangan Pendidikan pada Masa Pengaruh Islam. Bagai manakah metode perkembangan Pendidikan pada masa Islam yang pada masa itu lebih ditujukan kepada syiar agama Islam.

A.MODEL PENDIDIKAN
Secara umum (khusunya di Jawa) ada dua lembaga yang memegang peranan pemting dalam perkembangan pendidikan yaitu langgar dan pesantren. Karena Islam berprinsip demokrasi maka pengajarannya merupakan pengajaran rakyat. Tujuannya memberikan pengetahuan tentang agama, bukan untuk memberikan pengetahuan umum.

1.Langgar
Pengajaran di langgar merupakan pengajaran agama permulaan. Mula-mula murid mempelajari abjad Arab, kemudian mengeja ayat-ayat Quran pertama dengan irama suara tertentu. Yang menjadi guru adalah orang yang sudah memiliki pengetahuan agama yang agak mendalam. Guru dipandang sebagai orang yang sakti(memiliki kelebihan). Sebagai lembaga sosial langgar memiliki peranan yang penting. Anak-anak rakyat lambat laun menyadari bahwa mereka telah menjadi anggota persekutuan yang besar, yakni persekutuan Islam.

langgar
Gambar : Langgar Gayam di Pamekasan Madura

2.Pesantren
Merupakan lembaga pendidikan kelanjutan dari langgar. Murid-muridnya disebut santri pada umumnya terdiri dari anak-anak yang lebih tua dan telah memiliki pengetahuan dasar yang mereka peroleh di langgar. Para santri, yang biasanya berasal dari berbagai tempat, dikumpulkan dalam suatu ruangan yang disebut pondok (semacam asrama). Berdekatan dengan pondok ada masjid dan rumah guru. Guru lazim disebut k. Ada kalanya guru menerima sumbangan dari para muridnya, berupa uang atau bahan makanan.

pondok pesantren
Gambar : Pondok Pesantren Modern

Mata pelajaran terpanting adalah :
1. Usuludin (pokok-pokok ajaran kepercayaan)
2. Usul Fiqh (alat penggali hukum dari Quran dan Hadits)
3. Fiqh (cabang dari Usuludin)
4. Ilmu Arobiyah (untuk mendalami bahasa Arab)

Di Sumatra Barat tidak ada pemisahan langgar dan pesantren. Sekolah-sekolah agama Islam di sana diberi nama surau. Di surau bukan hanya mempelajari ajaran agama permulaan(dasar) tetapi juga lanjutannya. Sedangkan di Aceh sekolah semacam itu disebut rangkang.

B. ISLAM DI SUMATERA
1.Sejarah Islam di Aceh
Berdasarkan Seminar Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Aceh yang berlangsung di Banda Aceh pada tahun 1978, dinyatakan bahwa kerajaan Islam pertama adalah Perlak, Lamuri, dan Pasai.
Masa kerajaan Islam merupakan salah satu dari periodesisasi perjalanan sejarah pendidikan Islam di Indonesia. Hal ini karena lahirnya kerajaan Islam yang disertai berbagai kebijakan dari penguasanya saat itu sangat mewarnai sejarah Islam di Indonesia. Terlebih-lebih, agama Islam juga pernah dijadikan sebagai agama resmi negara / kerajaan pada saat itu.

2.Kerajaan Islam di Aceh
•Kerajaan Samudera Pasai
Kerajaan ini berdiri pada abad ke-10 M/3 H. Raja pertamanya adalah Al-Malik Ibrahim bin Mahdum; yang kedua bernama Al-Malik al-Shaleh, dan yang terakhir kerajaan Islam pertama di Indonesia (daerah Aceh). Namun ada juga yang menyatakan bahwa kerajaan Islam pertama di Indonesia adalah kerajaan Perlak, tetapi tidak banyak ditemukan bukti-bukti kuat yang mendukung fakta sejarah ini.

•Kerajaan Perlak
Kerajaan Perlak merupakan salah satu kerajaan Islam tertua di Indonesia. Bahkan, ada yang menyatakan lebih dahulu dari Kerajaan Samudera Pasai. Namun, sebagaimana dikemukakan terdahulu, tidak banyak bahan pustaka yang menguatkan pendapat tersebut.
Sultan Mahdun Alaudin Muhammad Amin yang memerintah antara tahun 1243-1267 M tercatat sebagai Sultan keenam. Ia terkenal sebagai sultan yang arif bijaksana dan alim, sekaligus seorang ulama.
Di Perlak pun terdapat suatu lembaga pendidikan lainnya berupa majelis taklim tinggi, yang dihadiri khusus oleh para murid yang alim dan mendalam ilmunya. Materi yang diajarkan yaitu bahasa Arab, tauhid, tasawuf, akhlak, ilmu bumi, ilmu bahasa dan sastra Arab, sejarah dan tata negara, mantiq, ilmu falaq dan filsafat.

•Kerajaan Aceh darussalam (1511 – 1874)
Kerajaan Aceh Darussalam yang diproklamasikan pada tanggal 12 Zulkaedah 916 H\1511 M) menyatakan perang terhadap buta huruf dan buta ilmu. Hal ini merupakan tempaan sejak berabad-abad yang lalu, yang berlandaskan pendidikan Islam dan ilmu pengetahuan.
Proklamasi Kerajaan Aceh darussalam tersebut merupakan hasil peleburan Kerajaan islam Aceh di belahan barat dan Kerajaan Islam Samudera Pasai di belahan timur. Putra Sultan Abiddin Syamsu Syah diangkat menjadi raja dengan gelar Sultan Alauddin Ali Mughayat Syah (1507 – 1522).
Pada abad ke-15, diberitakan oleh Cong Ho, Marco Polo, dan Ibnu Batutah bahwa di Aceh telah berdiri Kerajaan Lamuri yang tunduk kepada Pidie. Pada mulanya pusat pemerintahan terletak di satu tempat yang dinamakan Kampung ramni dan dipindahkan ke Darul Kamal oleh Sultan Alaudin Inayat Johan Syah (1408 – 1465 M). Sultan Ali Mughayat Syah adalah pembebas Aceh dari kekuasaan Pidie. Dia dapat mengalahkan Sultan Pidie (Sultan Ahmad Syah). Kekuasaan kerajaan ini sampai ke Kerajaan Pasai. Masa keemasan kerajaan ini terjadi pada masa Sultan Iskandar Muda (1607 – 1636 M). Oleh Sultan Iskandar Muda banyak didirikan masjid sebagai tempat beribadah umat Islam, salah satu masjid yang terkenal Masjid Baitul Rahman, yang juga dijadikan sebagai Perguruan Tinggi dan mempunyai 17 daars (fakultas).

Dengan melihat banyak para ulama dan pujangga yang datang ke Aceh, serta adanya Perguruan Tinggi, maka dapat dipastikan bahwa kerajaan Aceh menjadi pusat studi Islam. Karena faktor agama Islam merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi kehidupan masyarakat Aceh pada periode berikutnya. Menurut B.J. Boland, bahwa seorang Aceh adalah seorang Islam.(M.Ibrahim,et.al., 1991: 89)

•Kerajaan Siak
Sultan pertamanya adalah Abdul Jalil Rachmad Syah yang memerintah sebagai Sultan Siak I (1723 – 1746 M). Pada masa Kerajaan Siak II di bawah kekuasaan Sultan Muhammad Abdul Jalil Muzafar Syah (1746 – 1765 M) adalah zaman panji-panji Islam berkibar di Siak. Islam diperkirakan masuk ke Siak pada abad ke-12 M. Peranan Kerajaan Siak dalam memperlambat proses imperialisme Barat sangat dominan. Begitu pula dalam hal pendidikan, di Siak telah berdiri madrasah-madrasah serta sekolah-sekolah umum.

Demikianlah di antara kerajaan-kerajaan yang berada di Sumatera yang berasaskan Islam. Perlu ditekankan bahwa semua kerajaan tersebut telah mendukung penyiaran pendidikan islam, baik di Sumatera ataupun di luar daerah Sumatera.

santri
Gambar : Para Santri



C.SEJARAH ISLAM DI JAWA

1.Kerajaan Islam di Pulau Jawa
•Kerajaan Demak (1500 – 1550 M)
Kerajaan Demak berdiri kira-kira tahun 1478. Hal itu didasarkan pada saat jatuhnya Majapahit yang diperintah oleh Prabu Kertabumi (Brawijaya V) dengan ditandai candrasengkala, sirna ilang kertaning bumi (artinya tahun 1400 Saka atau 1478 Masehi). Para wali kemudian sepakat untuk menobatkan Raden Patah menjadi raja di Kerajaan Demak dengan gelar Senapati Jimbung Ngabdurrahman Panembahan Palembang Sayidin Panatagama. Raden Patah adalah putra Brawijaya V dengan putri dari Campa. Setelah takhta ayahnya jatuh ke tangan Girindra Wardhana dari Keling (Daha), Demak pun terancam. Akibatnya terjadi peperangan antara Demak dan Majapahit pimpinan Girindra Wardhana dan keturunannya yang bernama Prabu Udara hingga tahun 1518. Kemenangan berada di pihak Demak dan tampil sebagai Kerajaan Islam terbesar di Jawa. Dengan begitu penyiaran agama Islam makin meluas, pendidikan dan pengajaran Islam pun bertambah maju

•Kerajaan Mataram Islam (1575 – 1757 M)
Perpindahan kekuasaan dari Demak ke Pajang (sekitar tahun 1568), tidak menyebabkan perubahan yang berarti pada sistem pendidikan dan pengajaran Islam. Baru kemudian setelah pusat kerajaan Islam berpindah dari Pajang ke Mataram di tahun 1586, tampak beberapa macam perubahan, terutama pada zaman Sultan Agung (tahun 1613). Sesudah mempersatukan hampir seluruh daerah di Jawa dengan Mataram, sejak tahun 1630 Sultan Agung mencurahkan tenaganya untuk membangun negara, seperti mempergiat usaha-usaha pertanian serta memajukan perdagangan dengan luar negeri. Di zaman beliau, aspek kebudayaan, kesenian dan kesusastraan telah mengalami kemajuan. Atas kebijaksanaannya pula, kebudayaan Indonesia asli dan agama Hindu dapat disesuaikan dengan agama dan kebudayaan Islam, seperti:
•Grebeg, disesuaikan dengan Hari Raya Idul Fitri dan Maulid Nabi. Sejak saat itu dikenal Grebeg Poso (puasa) dan Grebeg Mulud

•Gamelan Sekaten yang hanya dibunyikan pada Grebeg Mulud, atas kehendak Sultan Agung gamelan tersebut dipukul di halaman mesjid besar.

•Karena hitungan tahun Saka (Hindu) yang dipakai di Indonesia dihitung berdasarkan pada perjalanan matahari, maka pada tahun 1633 Masehi, atas perintah Sultan Agung, tahun Saka yang berangka 1555 saka tidak lagi ditambah dengan hitungan matahari, melainkan dengan perjalanan bulan (sesuai dengan tahun Hijrah). Tahun tersebut kemudian dikenal dengan tahun Jawa dan masih dipergunakan sampai sekarang.

Selain itu, Sultan Agung memerintahkan di tiap ibukota kabupaten didirikan sebuah masjid besar, sebagai induk dari seluruh masjid dalam kabupaten tersebut dan pada tiap ibukota distrik sebuah mesjid Kawedanan. Begitu pula di desa juga didirikan masjid desa. Masjid besar dikepalai oleh seorang penghulu dan dibantu oleh 40 orang pegawainya. Masjid Kawedanan dipimpin oleh naib, dan dibantu 11 pegawainya. Sedang masjid desa dikepalai oleh modin (kayim, kaum) dengan 4 orang pembantunya. Penghulu adalah kepala urusan penyelenggaraan Islam di seluruh daerah kabupaten. Pegawai penghulu sendiri dibagi menjadi 4 golongan (bendahara, ketib/khatib, modin/muadzin, merbot). Wilayah suatu daerah dibagi atas beberapa bagian sebagai usaha untuk memajukan pendidikan dan pengajaran Islam. Pelaksanaannya di tiap-tiap bagian dipercayakan kepada beberapa orang Ketib dan dibantu oleh beberapa orang modin


D. SEJARAH ISLAM DI MALUKU
Masuknya Islam ke Maluku dibawa oleh mubaligh dari Jawa, sejak zaman Sunan Giri dari Malaka (kurang lebih tahun 1475). Raja Maluku yang pertama masuk Islam adalah Sultan Ternate, yang bernama Marhum pada tahun 1465 – 1486 M atas pengaruh Maulana Husein, saudagar dari Jawa. Di Maluku ada raja yang terkenal dalam bidang pendidikan dan dakwah Islamnya, yaitu Sultan Zainal Abidin (1486 – 1500 M).


E. SEJARAH ISLAM DI KALIMANTAN
Islam masuk ke Kalimantan pada abad ke-15 M dengan cara damai yang dibawa oleh mubalig dari Jawa. Sunan Bonang dan Sunan Giri mempunyai para santri di Kalimantan Sulawesi, dan Maluku. Gubahan Sunan Giri bernama Kalam Muyang, sedangkan gubahan Sunan Bonang bernama Sumur Serumbung.


F. SEJARAH ISLAM DI SULAWESI
Kerajaan Islam pertama adalah Kerajaan Kembar Gowa – Tallo tahun 1605 M. Rajanya bernama I. Mallingkaang Daeng Manyonri yang kemudian berganti nama dengan Sultan Abdullah Awwaul Islam. Menyusul di belakangnya, Raja Gowa benrama Sultan Aluddin. Dalam waktu dua tahun, seluruh rakyatnya telah memeluk Islam. Mubalig Islam yang berjasa ialah Abdul Qodir Khatib Tunggal yang bergelar Dato Ri Bandang berasal dari Minangkabau, murid Sunan Giri. Seorang Portugis bernama Pinto pada tahun 1544 M menyatakan telah mengunjungi Sulawesi dan berjumpa dengan pedagang-pedagang (mubalig) Islam dari Malaka dan Patani (Thailand).


G. SEJARAH ISLAM DI NUSA TENGGARA
Islam masuk ke Nusa Tenggara seiring dengan penaklukan daerah Bore (1606), Bima (1616, 1618 dan 1628 M), Buton (1626 M) oleh Kerajaan Goa. Dengan ditaklukkannya daerah tersebut, agama Islam tersebar ke daerah taklukannya sampai ke Nusa Tenggara.