Translate

Gajah Mada, kisah perang Bubat dan intrik politik Majapahit


Tak hanya asal muasal Gajah Mada, sosok pahlawan yang kondang dengan Sumpah Hamukti Palapanya (Sumpah Palapa) masih menjadi misteri. Penyebab kematian sang maha patih Majapahit itu meninggal pun masih misteri.

Di kalangan para sastrawan dan sejarawan tersebar beberapa informasi dan beberapa versi bagaimana dan apa penyebab kematian Gajah Mada. Mulai dari mati karena sakit hingga mati karena konspirasi pejabat Majapahit yang sangat terlihat dalam perang Bubat.

Kemudian yang terakhir adalah mati karena moksa atau murca yang konon orang bilang mati menghilang tanpa meninggalkan jasad.

Fakta itu muncul dalam acara Seminar Borobudur Writers & Cultural Festival 2012 bertemakan; "Kontroversi Gajah Mada Dalam Perspektif Fiksi dan Sejarah" di Manohara Hotel, Kompleks Taman Wisata Candi Borobudur, Magelang, Jateng,

Sejarawan sekaligus Arkeolog Universitas Indonesia (UI) Agus Aris Munandar mengungkapkan banyak versi kematian Gajah Mada.

Di satu sisi, banyak foklor (cerita dari mulut ke mulut) dari masyarakat di sekitar situs Trowulan, Jatim yang menyatakan bahwa Gajah Mada tewas setelah melakukan perang Bubat.

Perang Bubat ini, adalah perang dimana Raja Pajajaran datang untuk membicarakan pernikahan antara Raja Hayam Wuruk dari Majapahit dan Putri Diah Pitaloka dari Pajajaran. Pernikahan ini besar artinya untuk kedua kerajaan. Saat itu hanya Pajajaran yang masih berdiri gagah menentang hegemoni Majapahit.

Majapahit merasa lebih baik menjadikan Pajajaran sebagai sekutu daripada negara jajahan.
Namun, karena adanya konspirasi dalam pejabat istana kerajaan Majapahit, Hayam Wuruk telah dijodohkan dengan adik sepupunya Putri Sekartaji atau Hindu Dewi.

"Konspirasi dalam hal ini yang dimaksud konspirasi pejabat Majapahit pada masanya. Gajah mada itu terlalu cemerlang. Dia ingin dijatuhkan. Konspirasi pejabat Majapahit sendiri. Bukan dari Pajajaran. Itu yang tidak suka pada Gajah Mada. Soal pernikahan itu, teori saya tentang Gajah Mada, Gajah Mada tidak bersalah. Gajah Mada hanya melaksanakan titah sang raja. Gajah Mada hendak menjodohkan Hayam Wuruk dengan Diah Pitaloka. Gajah mada Ingin sekali untuk menyatukan antara Raja Sunda dan Raja Jawa lalu bergabung. Indah sekali," tegas Aris.

Gajah Mada tidak tahu ternyata di balik itu ada perjodohan istana sejak kecil. Dijodohkan dengan sepupunya. Kenapa Gajahmada tidak tahu karena ada rahasia perjodohan istana di dalam. Gajah Mada kan ada di luar dia tidak tahu itu.

"Hayam wuruk dijodohkan dengan adik sepupu Dewi Sekartaji atau Hindu Dewi sejak kecil. Itu Gajah Mada tidak mengerti. Begitu raja dan ratu Tribuana Tungga Dewi datang, ini apa-apaan? Kalau dijodohkan bagaiamana? Batalkan Gajah Mada!" jelasnya.

Usai perang Babat itu, diyakini Gajah Mada meninggal atau mati dengan moksa. Sebab, sampai dimana pun dan kapanpun Gajah Mada tidak akan pernah mau melawan perintah raja Majapahit. Jika Gajah Mada melawan perintah raja, maka akan memotong jalan dan tujuan Gajah Mada mati secara moksa. Yang saat itu disebut sebagai kematian sempurna dan abadi.

"Kalau dia melawan perintah raja maka dia tidak akan sampai pada tingkatan moksa. Begitu dia di puncaknya melawan perintah raja maka dia dikutuk oleh raja. Dalam kitab dan filosofi "Karmaning Jawa Dwipa" sangat kuat dikatakan Gajah Mada dengan kesaktian dan ilmunya sengaja mencari moksa dengan sempurna. Mengabdi kepada Jayanegara dan Ratu Tribuana Tungga Dewi untuk masuk suarga loka," ungkap Aris.

Tapi banyaknya kepentingan pejabat-pejabat di dalam istana Majapahit sehingga mengakibatkan patih Gajah Mada sakit dan kemudian meninggal.

"Saat pemerintahan Raja Hayam Wuruk klimaksnya dan akhirnya di Negarakertagama diceritakan Gajah Mada mengalami proses sakit dan meninggal. Data otentik bagi saya Negarakertagama. Bukan kidung sunda atau kidung sundyana. Saat itu, Gajah Mada sedang pergi. Ke daerah Selatan. Mahapatih mendengar perintah sang raja kemudian kembali ke Majapahit saat kembali dalam perjalanan Gajah Mada sakit. Tidak keburu lalu meninggal,"ungkap Agus Aris.

Sementara Budayawan Yakob Sumarjo yang mendalami Kidung Sundayana (1800 SAKA) dan Carita Parahyangan Abad XVI berkeyakinan bahwa Gajah Mada meninggal dengan cara moksa atau menghilang.
Yakob menceritakan beberapa kidung yang dia pelajari menceritakan banyak orang Sunda pergi ke Jawa dengan perahu Jung dengan iring-iringan pengawal dulu, disusul perahu raja dan bangsawan diikuti perahu memuat logistik bahan makanan dan senjata.

"Sampai disana di Bubat, menunggu. Semula disambut dengan baik. Tetapi tidak dikirim lagi semacam bantuan persembahan karena adanya Medang Gajah Mada. Pangeran Pajajaran datangi rumah Gajah Mada. Masjid besar, belok Timur mereka berdiri digerbang. Melihat gajah mada rapat pernikahan. Gajah Mada melihat rombongan tapi membiarkan. Rombongan Pajajaran masuk ke halaman dan terjadi pertarungan,"tutur Yacob.

Peperangan itupun dilerai oleh pemuka agama Majapahit dan dijanjikan beberapa hari untuk diberikan keputusan. Akhirnya putri Raja Pajajaran Diah Pitaloka itu dinyatakan hanya sebagai persembahan sehingga tidak boleh diperistri. Peperangan pun berkecamuk dan berlangsung sengit.

"Perang raja lawan raja. Pangeran lawan pangeran. Mereka (Pasukan Pajajaran) gugur. Hayamwuruk lakukan pesta besar-besaran. Hayam wuruk marah Gajah Mada mau ditangkap tetapi menghilang dengan cara moksa. Mereka tidak menyalahkan Gajah Mada karena dianggap keturunan Dewa Wisnu. Dalam Kidung digambarkan, laut jadi merah gagak-gagak bertebangan," tutur Yacob.

Sumber: http://www.merdeka.com

Pertempuran Lengkong, potret heroisme di bawah keterbatasan


Peristiwa pertempuran Lekong adalah satu kisah yang tidak bisa dilupakan begitu saja dalam perjalanan sejarah perjuangan pendirian Republik ini. Dalam pertempuran ini, sebanyak 33 taruna Militaire Academie Tangerang dan 3 perwira rela menjadi korban.

Peristiwa ini bermula saat kekuatan militer yang terkumpul di Militaire Academie Tangerang kehabisan amunisi. Padahal, mereka masih harus berjuang karena masih ada beberapa ancaman dari pihak Belanda karena tidak mengakui kemerdekaan Indonesia.

Satu-satunya jalan untuk memenuhi cadangan amunisi dan persenjataan itu adalah senjata milik tentara Jepang yang ada di Lengkong, yang telah dilarang menggunakan senjata dan harus dilucuti oleh Sekutu lantaran kalah dalam Perang Dunia II.

Upaya meminta senjata itu dijalankan oleh tiga perwira Resimen IV Tangerang yaitu Letkol Singgih, Mayor Daan Mogot, dan Kapten Endjon dengan cara melakukan pendekatan terhadap Kapten Abe, petinggi tentara Jepang di Lengkong. Tetapi, upaya itu selalu gagal karena Kapten Abe selalu menolak memberikan senjata.

Padahal, antara Republik Indonesia dengan Sekutu telah terjalin kesepakatan akan melucuti dan memulangkan para tentara Jepang ke negeri asalnya. Sehingga, Resimen IV terpaksa harus sesegera mungkin meminta senjata-senjata itu sebelum pelucutan dilakukan sendiri oleh pasukan Sekutu.

Adanya informasi yang menyebut pasukan Belanda telah sampai di Parung dan akan menuju ke Lengkong untuk melakukan pelucutan senjata membuat situasi semakin sulit. Akhirnya, Pimpinan Resimen Tangerang harus bergerak cepat melakukan pelucutan senjata.

Berbekal alasan telah adanya kesepakatan antara RI dengan Sekutu, Mayor Daan Mogot diutus memimpin pasukan yang beranggotakan para taruna Militaire Academie Tangerang untuk melucuti pasukan Jepang. Daan Mogot didampingi oleh seorang taruna Militaire Academie Tangerang yang mahir berbahasa Jepang bertemu dengan Kapten Abe.

Resimen IV pun tahu akan gagal jika pelucutan dilakukan tanpa melibatkan unsur Sekutu. Mereka kemudian memakai siasat dengan melibatkan beberapa pasukan Inggris keturunan India yang keluar dari satuannya untuk menemui Kapten Kobe.

Siasat itu ternyata berjalan dengan sangat efektif. Pasukan Jepang percaya bahwa yang melucuti senjata adalah pihak Sekutu. Misi pelucutan senjata berjalan dengan damai.

Tetapi, sebuah insiden terjadi lantaran terdengar suara ledakan yang tidak diketahui asalnya. Hal itu membuat pasukan Jepang berlarian dan berusaha meraih kembali senjata yang telah disita.

Pertempuran berjalan secara tidak seimbang. Jika dibandingkan, pasukan Jepang memiliki pengalaman tempur yang cukup lama ditambah persenjataan yang lengkap, sementara taruna Militaire Academie Tangerang belum memiliki pengalaman yang cukup.

Selain itu, faktor senjata menjadi salah satu kendala yang sangat berat. Para taruna belum terbiasa menggunakan senapan jenis caraben Terni. Ditambah lagi, sering kali peluru yang dimasukkan tidak sesuai dengan spesifikasi senjata sehingga menyebabkan macet saat dipakai.

Akhirnya, sebanyak 33 taruna dan 3 perwira, yaitu Mayor Daan Mogot, Lettu Soebianto Djojohadikusumo, dan Lettu Soetopo meninggal dalam pertempuran Lengkong. Para taruna yang masih hidup disandera Jepang dan disuruh menggali kubur bagi teman-temannya yang meninggal.

Mendengar kabar itu, Pimpinan Resimen Tangerang kemudian meminta izin kepada Jepang untuk mengambil jenazah para pejuang. Setelah diizinkan, jenazah-jenazah tersebut kemudian dikebumikan di dekat penjara anak-anak Tangerang.

Saat proses pemindahan, ditemukan sebuah catatan kecil berisi sajak berbahasa Belanda buatan Henriette Roland Holst di saku seragam Lettu Soebianto Djojohadikusumo. Sajak itu kemudian digubah ke dalam Bahasa Indonesia, dan diabadikan di pintu gerbang Taman Makan Pahlawan Tangerang. Sajak tersebut berbunyi:

Kami bukan pembina candi,
Kami hanya pengangkut batu,
Kamilah angkatan yang mesti musnah,
Agar menjelma angkatan baru,
Di atas kuburan kami telah sempurna.

Sumber: http://www.merdeka.com

Perbedaan rasul dan nabi

Perbedaan rasul dan nabi
Oleh : Hassan Syarif

Nabi artinya yang dilebihkan. Maksudnya Nabi adalah orang yang diberi kelebihan oleh Allah untuk dirinya sendiri atau orang yang terpilih di sisi Allah SWT.
Contohnya : Nabi Hizir a.s dan Nabi Syis a.s

Rasul adalah seseorang laki-laki yang mendapat wahyu dari Allah untuk dirinya sendiri dan para umatnya.
Contohnya : Rasul Muhammad SAW

Berikut ini perbedaan antara Nabi dan Rasul, antara lain adalah :
Nabi
Rasul
Belum tentu Rasul
Pasti Nabi
Tidak memiliki sifat tablig
Memiliki sifat tablig
Memiliki tiga sifat, yaitu :
sidiq, amanah,  dan fathonah
Memiliki empat sifat, yaitu :
sidiq, amanah, tabliq, dan fathonah
Bertugas untuk dirinya sendiri
Bertugas untuk dirinya sendiri dan orang lain
Tidak memiliki umat / pengikut
Memiliki umat / pengikut
Note :
- Sidiq          : Benar / Jujur
- Amanah     : Dapat dipercaya
- Tabliq        : Menyampaikan
- Fathonah   : Cerdas


Adapun persamaan Nabi dan Rasul Allah yaitu :

  • Mereka laki-laki
  • Sama-sama mendapat wahyu dari Allah
  • Mengesakan Allah (Ajaran Tauhid)
  • Memiliki sifat maksum atau terjaga dari perbuatan tercela dan dosa
  • Menghadapi kehidupan sebagaimana selayaknya manusia diberbagai daerah.
  • Kegiatan dalam kehidupan antara lain makan, minum, bekerja, berkeluarga, sakit, senang, gelisah, berkelompok dalam lingkungan masyarakat dan hal-hal lainnya yang dialami manusia pada umumnya. 
Baik para Nabi maupun Rasul mereka mempunyai kesamaan, seperti :

  1. Mempunyai tingkat keimanan  yang tinggi kepada Allah SWT. Serta memiliki pemahaman yang mendalam terhadap syariat yang ditentukan oleh Allah. Hal ini terjadi karena mereka menerima wahyu dari Allah secara langsung.
  2. Selalu taat berbakti kepada Allah SWT dengan tulus dan ikhlas.
  3. Mendahulukan ibadah kepada Allah daripada menuruti hawa nafsunya. Atau dengan bahasa lain mereka lebih mengutamakan kebahagiaan akhirat daripada kenikmatan duniawi yang bersifat sementara.
  4. Berperilaku mulia dalam setiap kehidupan sehari-hari, seperti bersabar dalam menghadapi ujian, bertawakal setelah berusaha keras, tawaduuk atau rendah hati, kasih sayang dan menolong orang lain.
sumber : http://islamic-advance.blogspot.com/2013/04/perbedaan-nabi-dan-rasul.html

Apakah ibadah itu ?

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

apakah ibadah ituSemua orang pasti bertanya-tanya alasan ia diciptakan dan hidup di muka bumi. Telah Allah jelaskan dalam firman-Nya di dalam surat adz-dzariyat ayat ke-56  yang artinya, “Tidaklah Kuciptakan jin dan manusia kecuali agar mereka hanya beribadah kepada-Ku.” Jadi telah jelas bahwa tujuan penciptaan jin dan manusia adalah agar mereka menyembah Allah semata tanpa menyekutukan Allah dengan sesuatu apa pun.

Lantas apa makna ibadah itu sendiri? Berikut ini saya kutipkan perkataan Syaikhul Islam Ibnu Taimaiyah dalam kitabnyaAl-‘Ubudiyah tentang makna ibadah. Beliau berkata,

“Ibadah adalah segala sesuatu yang dicintai dan diridhai oleh Allah di dalam perkataan dan perbuatan, baik yang tersembunyi (batin) maupun yang tampak (lahir).”

Dari perkataan beliau di atas, ibadah tidaklah cukup dengan sesuatu yang dicintai dan diridhai oleh Allah, namun harus ditambahi dengan cakupan perkataan dan perbuatan, baik lahir maupun batin. Karena banyak hal yang Allah cintai, namun bukanlah ibadah. Misalnya Allah mencintai Mekkah, namun Mekkah itu bukanlah ibadah, sehingga yang jadi ibadah adalah melakukan ibadah haji di Mekkah sana. Allah juga meridhai para shahabat, namun shahabat sendiri bukanlah ibadah, akan tetapi mengikuti mereka adalah suatu ibadah yang Allah perintahkan.

Ibadah itu sendiri mencakup dua hal, yaitu amalan hati dan anggota badan, dan perkataan hati dan lisan. Amalan hati misalnya rasa cinta, rasa takut dan rasa harap kepada Allah. Amalan anggota badan misalnya shalat, puasa dan zakat. Perkataan lisan misalnya berdzikir mengingat Allah, membaca al-quran, tasbih, tahmid, tahlil dan takbir.

Sampai kapan kita harus beribadah?
Allah memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk beribadah hanya kepada-Nya hingga maut menjemput, alias kematian mendatanginya. Allah Ta’ala berfirman di dalam surat Al-Hajr di ayat 99 yang artinya,

“Dan sembahlah Rabbmu (Allah) hingga datang kepada kalian Al-Yaqin.”

Semua ahli tafsir sepakat bahwa makan dari Al-Yaqin adalah kematian. Berbeda dengan kaum Shufi yang memaknai Al-Yaqin dengan telah sampainya ilmu hingga mereka bisa menyaksikan iradah kauniyyah, sehingga mereka yang telah mencapai derajat ini akan terbebas dari pembebanan syari’at dalam melakasanakan perintah-perintah dan menjauhi larangan-larangan. Dan hal ini merupakan suatu kebathilan yang paling bathil.


Jadi kesimpulannya adalah ibadah itu mencakup perintah dan larangan yang datang dari syari’at, yang tercakup di dalamnya perkataan dan perbuatan, baik perkataan yang lahir maupun yang batin, atau pun perbuatan yang lahir maupun yang batin.

sumber : http://islamic-advance.blogspot.com/2013/06/apa-itu-ibadah.html

10 macam teman iblis

10 macam teman iblis
Dalam riwayat Imam Bukhari, diceritakan, suatu saat ketika sedang duduk, Rasulullah saw didatangi seseorang. Rasul bertanya kepadanya: “Siapa Anda?” Ia pun menjawab: “Saya Iblis.”

Rasul bertanya lagi, apa maksud kedatangannya. Iblis menceritakan kedatangannya atas izin Allah untuk menjawab semua pertanyaan dari Rasulullah saw.

Kesempatan itu pun digunakan Rasulullah saw untuk menanyakan beberapa hal. Salah satunya mengenai teman-teman Iblis dari umat Muhammad saw yang akan menemaninya di neraka nanti? Iblis menjawab, temannya di neraka nanti ada 10 kelompok.

Yang pertama, kata Iblis, haakimun zaa`ir (hakim yang curang). Maksudnya adalah seorang hakim yang berlaku tidak adil dalam menetapkan hukum. Ia menetapkan tidak semestinya.

Tak hanya hakim, dalam hal ini bisa juga para penegak hukum secara umum, seperti polisi, jaksa, pengacara, dan juga setiap individu, karena mereka menjadi hakim dalam keluarganya.

Yang kedua, kata Iblis, ghaniyyun mutakabbir (orang kaya yang sombong). Ia begitu bangga dengan kekayaan dan enggan mendermakan untuk masyarakat yang membutuhkan.

Dia menganggap, semua yang diperolehnya merupakan usahanya sendiri tanpa bantuan orang lain. Contohnya seperti Qarun.

Ketiga, taajirun kha’in (pedagang yang berkhianat). Ia melakukan penipuan, baik dalam hal kualitas barang yang diperdagangkan, maupun mengurangi timbangan.

Bila membeli sesuatu, dia selalu meminta ditambah, namun saat menjualnya dia melakukan kecurangan dengan menguranginya.

Disamping itu, ia menimbun barang. Membeli di saat murah, dan menjualnya di saat harga melambung tinggi. Dengan begitu, dia memperoleh untung besar.

Demikian juga pada pengerjaan proyek tertentu, ia membeli barang dengan kualitas rendah untuk meraih keuntungan berlipat (mark up).

Kelompok keempat yang menjadi teman Iblis adalah syaaribu al-khamr (orang yang meminum khamar). Minuman apapun yang memabukkan, ia termasuk khamar. Misalnya arak, wine, wisky, atau minuman yang sejenisnya.

Dalam sebuah riwayat disebutkan, peminum khamar (pemabuk) dikatakan tidak beriman, jika dia meninggal nanti masih terdapat khamar dalam tubuhnya.

Yang kelima, al-fattaan (tukang fitnah). Fitnah lebih berbahaya dari pada pembunuhan (al-fitnatu asyaddu min al-qatl). Lihat QS al-Baqarah [2]: 191.

Membunuh adalah menghilangkan nyawa lebih cepat, namun fitnah ‘membunuh’ seseorang secara pelan-pelan. Fitnah ini bisa pula ‘pembunuhan’ karakter seseorang.

Fitnah itu di antaranya, mengungkap aib seseorang yang kebenarannya tidak bisa dipertanggungjawabkan, gosip, ghibah, dan lainnya.

Keenam adalah shaahibu ar-riya` (orang yang suka memamerkan diri). Mereka selalu ingin menunjukkan kehebatan dirinya, menunjukkan amalnya, kekayaannya, dan lainnya. Semuanya itu demi mendapatkan pujian.

Ketujuh, //aakilu maal al-yatiim// (orang yang memakan harta anak yatim). Mereka memanfaatkan harta anak yatim atau sumbangan untuk anak yatim demi kepentingan pribadi atau kelompoknya. Lihat QS al-Ma`un [107]: 1-7.

Kedelapan, al-mutahaawinu bi al-shalah (orang yang meringankan shalat). Mereka memahami perintah shalat adalah kewajiban, namun dengan berbagai alasan, akhirnya shalat pun ditinggalkan. Allah juga mengancam Muslim yang melalaikan shalat.

Kesembilan, maani’u az-zakaah (orang yang enggan membayar zakat). Mereka merasa berat untuk mengeluarkan zakat, walaupun tujuan zakat untuk membersihkan diri dan hartanya.

Teman Iblis yang ke-10 adalah man yuthiilu al-amal (panjang angan-angan). Enggan berbuat, namun selalu menginginkan sesuatu. Dia hanya bisa berandai-andai, tapi tak pernah melakukan hal itu. Wallahu a’lam.

Sumber : http://www.lam-alif.com/artikel/content.php/103-Inilah-10-macam-teman-iblis

Sejarah Tahun Baru Imlek di Indonesia

Di Tiongkok, adat dan tradisi wilayah yang berkaitan dengan perayaan Tahun Baru Imlek sangat beragam. Namun, kesemuanya banyak berbagi tema umum seperti perjamuan makan malam pada malam Tahun Baru, serta penyulutan kembang api.Dan berikut adalah sejarah dan mitos tahun baru imlek seperti yang dilansir wikipedia indonesia.
Sejarah
: Sebelum Dinasti Qin, tanggal perayaan permulaan sesuatu tahun masih belum jelas. Ada kemungkinan bahwa awal tahun bermula pada bulan 1 semasa Dinasti Xia, bulan 12 semasa Dinasti Shang, dan bulan 11 semasa Dinasti Zhou di China. Bulan kabisat yang dipakai untuk memastikan kalendar Tionghoa sejalan dengan edaran mengelilingi matahari, selalu ditambah setelah bulan 12 sejak Dinasti Shang (menurut catatan tulang ramalan) dan Zhou (menurut Sima Qian). Kaisar pertama China Qin Shi Huang menukar dan menetapkan bahwa tahun tionghoa berawal di bulan 10 pada 221 SM. Pada 104 SM, Kaisar Wu yang memerintah sewaktu Dinasti Han menetapkan bulan 1 sebagai awal tahun sampai sekarang.

Mitos : Menurut legenda, dahulu kala, Nián adalah seekor raksasa pemakan manusia dari pegunungan (atau dalam ragam hikayat lain, dari bawah laut), yang muncul di akhir musim dingin untuk memakan hasil panen, ternak dan bahkan penduduk desa. Untuk melindungi diri merka, para penduduk menaruh makanan di depan pintu mereka pada awal tahun. DIpercaya bahwa melakukan hal itu Nian akan memakan makanan yang telah mereka siapkan dan tidak akan menyerang orang atau mencuri ternak dan hasil Panen. Pada suatu waktu, penduduk melihat bahwa Nian lari ketakutan setelah bertemu dengan seorang anak kecil yang mengenakan pakaian berwarna merah. Penduduk kemudian percaya bahwa Nian takut akan warna merah, sehingga setiap kali tahun baru akan datang, para penduduk akan menggantungkan lentera dan gulungan kerta merah di jendela dan pintu. Mereka juga menggunakan kembang api untuk menakuti Nian. Adat-adat pengurisan Nian ini kemudian berkempang menjadi perayaan Tahun Baru. Guò nián yang berarti “menyambut tahun baru”, secara harafiah berarti “mengusir Nian”.
Sejak saat itu, Nian tidak pernah datang kembali ke desa. Nian pada akhirnya ditangkap oleh Hongjun Laozu, seorang Pendeta Tao dan Nian kemudian menjadi kendaraan Honjun Laozu.
Sejarah Tahun Baru Imlek di Indonesia : Di Indonesia, selama tahun 1968-1999, perayaan tahun baru Imlek dilarang dirayakan di depan umum. Dengan Instruksi Presiden Nomor 14 Tahun 1967, rezim Orde Baru di bawah pemerintahan Presiden Soeharto, melarang segala hal yang berbau Tionghoa, di antaranya Imlek.
Masyarakat keturunan Tionghoa di Indonesia kembali mendapatkan kebebasan merayakan tahun baru Imlek pada tahun 2000 ketika Presiden Abdurrahman Wahid mencabut Inpres Nomor 14/1967. Kemudian Presiden Abdurrahman Wahid menindaklanjutinya dengan mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 19/2001 tertanggal 9 April 2001 yang meresmikan Imlek sebagai hari libur fakultatif (hanya berlaku bagi mereka yang merayakannya). Baru pada tahun 2002, Imlek resmi dinyatakan sebagai salah satu hari libur nasional oleh Presiden Megawati Soekarnoputri mulai tahun 2003.
Itulah sejarah singkat perayaan tahun baru imlek tionghoa, sejarah tahun baru imlek di indonesia yang dapat DB share atau mungkin lebih tepatnya DB kutip dari wikipedia. Semoga bermanfaat bagi para pembaca semua.

Sumber: http://duniabaca.com/

Guru Besar Kedokteran UGM Bikin Komik untuk Jelaskan Manusia Purba Sangiran


SERBABISA: Prof Etty Indriati menjelaskan komiknya tentang manusia purba Sangiran di UGM kemarin. Foto: Bahana/Radar Jogja
Serba Sejarah - GURU besar Fakultas Kedokteran UGM ini termasuk langka. Selain pakar di bidang keilmuannya, Prof drg Etty Indriati PhD mahir membuat komik, menulis novel, dan melukis. 
-------------
BAHANA, Jogjakarta
------------
Komik karya Prof Etty itu berjudul Warisan Budaya dan Manusia Purba Indonesia Sangiran. Memang bukan karya yang baru beredar di pasaran. Buku setebal 48 halaman itu sudah terbit pada 2009. Meski begitu, hingga kini Etty terus mempromosikan buah penanya itu karena menganggap penting untuk diketahui orang lain.

Itu sebabnya, kemarin pagi (5/2) Etty menemui para wartawan di ruang Fortakgama (Forum Wartawan Kampus Gadjah Mada) UGM, Jogjakarta, untuk menceritakan komiknya. Dengan santai, gubes cantik berpotongan rambut pendek itu membeberkan alasan mengapa dirinya perlu membuat komik untuk menjelaskan manusia purba yang pernah hidup di Sangiran, Sragen, Jawa Tengah.

"Informasi mengenai peninggalan zaman prasejarah di Indonesia harus dikenalkan kepada masyarakat. Sebab, kenyataannya, objek penelitian tersebut justru lebih banyak dimanfaatkan oleh peneliti asing untuk memperkaya khazanah ilmu pengetahuan mereka sendiri," tutur perempuan kelahiran Surakarta, 14 November 1963, itu.

Komik full colour itu diterbitkan dalam dua bahasa. Yakni, bahasa Indonesia dan Inggris. Komik tersebut diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris menjelang Presiden Amerika Serikat Barack Obama datang ke Indonesia. "Tapi, tidak ada kaitan apa-apa (dengan kehadiran Barack Obama). Kebetulan saja waktunya bersamaan."

Meski menyandang gelar guru besar di fakultas kedokteran, kenyataannya Etty lebih banyak menggeluti benda-benda purba. Hal itu terkait dengan keahliannya di bidang antropologi forensik dan paleoantropologi. 

"Saya ingin memopulerkan bidang paleoantropologi dengan komik. Dengan cara ini pula, diharapkan anak-anak mau mencintai khazanah kepurbakalaan," terang lulusan Fakultas Kedokteran Gigi UGM 1987 itu. 

Menurut Etty, Indonesia sangat kaya dengan beragam budaya dan benda-benda purbakala. Sayang, kekayaan itu hanya diajarkan di kelas. Belum banyak yang menuangkan ke dalam komik. Padahal, bila keragaman budaya itu dituangkan dalam bentuk komik, diyakini anak-anak akan lebih berminat mempelajarinya.

Etty menjelaskan, komik merupakan hasil dari bakatnya di bidang melukis. "Komik itu penggabungan dari aktivitas meneliti, menulis, dan melukis," kata penulis novel Cokelat Postmertem dan buku kumpulan puisi Jejak Tuhan itu.

Dia berharap, komiknya bisa menumbuhkan minat masyarakat mempelajari paleoantropologi. Keberadaan komik bisa mempermudah pemahaman tentang suatu ilmu. Bahkan, ilmu yang tergolong berat sekalipun.

Etty menceritakan, ide pembuatan komik itu berawal dari pertanyaan seorang anaknya yang ketika itu berumur dua tahun tentang gambar dan foto-foto mengenai situs manusia purba Sangiran. Dari pertanyaan tersebut, mau tak mau, Etty harus bisa menjelaskan kepada buah hatinya dengan gamblang.  

"Dari pertanyaan sederhana anak saya itulah muncul ide saya untuk membuat komik," terang ibunda Ceria Amalia, 15, dan Jeremy Mulia, 7, itu. 

Komik karya Etty bercerita tentang manusia purba homo erectus. Di dalamnya diberi ilustrasi gambar, foto, serta sedikit cerita. Agar ringan dan mudah dipahami, komik itu tidak banyak membahas perjalanan manusia purba yang dulu tinggal di Sangiran. Komik tersebut lebih banyak membahas hal yang sifatnya sederhana seperti membedakan antara fosil cangkang kura-kura purba dan tulang tengkorak manusia purba.

Etty juga menerangkan otak manusia purba. Menurut penelitian Etty, otak manusia dari masa ke masa memiliki perbedaan karena mengalami perkembangan. Pada zaman purba, otak manusia hanya berkapasitas 800 cc hingga 1.000 cc. Tapi, kini kapasitas otak manusia meningkat menjadi 1.200 cc. 

"Kita mikir terus sehingga fungsi dan morfologinya berubah. Otak manusia sekarang lebih bulat dan lebih besar jika dibandingkan dengan otak manusia purba. Jadi ada perubahan bentuk," terang alumnus S-2 dan S-3 di University of Chicago, AS, tersebut.

Etty juga ingin menyampaikan kepada masyarakat bahwa dulu lokasi Sangiran menjadi pusat kehidupan manusia purba homo erectus bersama berbagai ekologi yang ada. Sangiran menjadi tempat hunian manusia purba karena bentuknya berupa cekungan yang besar. 

"Daerah yang berdemografi seperti itu membuat manusia purba merasa lebih terlindungi," jelasnya.

Etty berpendapat, homo erectus tidak hidup berdampingan dengan homo sapiens. Sebagai manusia purba paling modern, homo sapiens merupakan manusia purba yang menjadi nenek moyang manusia saat ini. 

Pendapatnya tersebut telah dibuktikan dari penelitian tentang masa hidup dua manusia purba itu. Homo erectus hidup sekitar 250.000 tahun lalu dan punah. Setelah itu, masuk kehidupan homo sapiens yang masa kehidupannya baru sekitar 40.000 tahun lalu.

Etty mulai melakukan penelitian tentang benda-benda purbakala sejak masuk menjadi staf di FK UGM pada 1988. "Sudah hampir 25 tahun saya bergelut di bidang peneletian. Ketika itu, saya ikut penelitian Prof Teuku Jacob," jelasnya.

Untuk menumbuhkan kecintaan terhadap benda-benda purbakala, kata Etty, orang tua harus memiliki peran yang besar agar anak-anak tertarik untuk mempelajarinya. Etty akan terus menulis dan membuat komik untuk membantu anak-anak agar menyenangi bidang kepurbakalaan. 

Tidak hanya itu, Etty juga memiliki rencana menulis komik tentang korupsi di Indonesia yang belakangan marak terungkap. "Inilah tugas akademisi. Dia tidak hanya di fakultas, tetapi juga harus mau turun ke lapangan. Istilahnya turun gunung," tandasnya.

sumber: http://www.jpnn.com/read/2013/02/06/157178/Guru-Besar-Kedokteran-UGM-Bikin-Komik-untuk-Jelaskan-Manusia-Purba-Sangiran-

Ada Apa di Kurikulum 2013

"Tidak bisa perubahan Kurikulum 2013 ditunda hingga tahun depan. Implementasinya secara bertahap tetap harus dimulai tahun ajaran nanti. Jika kita menunda, taruhannya besar terhadap masa depan generasi bangsa," kata Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh dalam pengarahan tentang Kurikulum 2013 di kantor Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Jawa Tengah, di Semarang"

muatan dalam kurikulum 2013

Dimulai tahun ajaran baru 2013/2014 pemerintah akan menggunakan kurikilum baru yang hingga saat ini disebut sebagai "kurikulum 2013". Berbagai respon dari masyarakat maupun para praktisi pendidikanpun banyak bermunculan. Sebetulnya ada apa dengan sistim pendidikan di Indonesia?Apakah peningkatan mutu pendidikan hanya bisa dilakukan dengan melakukan perubahan kurikulum?. Dalam sebuah tulisan menyebutkan bahwa dimunculkannya kurikulum 2013 sebagian sebagai respons atas tawuran pelajar dan mahasiswa yang marak, dan sinyalemen keras bahwa kurikulum kita saat ini overloaded, terlalu banyak mata pelajaran yang disajikan di sekolah. Kemudian mata pelajaran IPA dan IPS dihapus di SD, dimasukkan secara tematik dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia, Agama, atau Kewarganegaraan. Disinyalir jumlah mata pelajaran yang terlalu banyak telah menyebabkan pembelajaran dangkal, bukan mendalam.

Dalam draftnya, kurikulum baru ini dikembangkan sebagai bagian dari strategi pengembangan pendidikan tiga dimensi. Dimensi pertama adalah peningkatan efektifitas belajar. Kurikulum dan pelaksananya, yaitu guru, menjadi kunci. Dimensi kedua, meningkatkan lama tinggal di sekolah hingga jenjang SMU melalui program Pendidikan Menengah Universal, atau program Wajib Belajar 12 tahun. Yang ketiga adalah menambah jam belajar di sekolah hingga sore hari. Ketiga strategi ini tentu perlu kita apresiasi. Tulisan pendek ini bermaksud memberi catatan kritis atas strategi tersebut.
Catatan pertama, ketiga dimensi strategi tersebut saling berkaitan, bukan besaran yang berdiri sendiri. Harus dikatakan bahwa dimensi pertama sesungguhnya adalah strategi yang paling menentukan. Dalam banyak kasus, dimensi kedua dan ketiga justru bisa menghambat dimensi yang pertama. Ini telah ditunjukkan oleh Ivan Illich sekitar 40 tahun yang lalu dan bisa kita amati secara empiris di sekitar kita saat ini : semakin banyak sekolah, semakin lama bersekolah, semakin besar anggaran pendidikan, semakin banyak sarjana, tapi masyarakat tampaknya tidak semakin terdidik.
Kedua, ada asumsi yang kuat bahwa dimensi kedua, yaitu, semakin lama bersekolah (hingga jenjang sekolah menengah) semakin baik. Lalu semakin lama di sekolah (pulang sore) (dimensi ketiga) juga semakin baik. Asumsi ini hanya valid bila dimensi pertama valid, artinya, pembelajaran terjadi secara efektif. Jika asumsi ini tidak valid, semakin lama seorang murid bersekolah dan di sekolah hingga sore hari, justru semakin buruk akibatnya bagi dirinya. Asumsi-asumsi ini sangat dipengaruhi oleh schoolism yang mereduksi pendidikan sebagai persekolahan belaka.
Strategi dimensi kedua dan ketiga yang lebih bersifat kuantitatif relatif lebih mudah melaksanakannya. Persoalannya hanya ketersediaan anggaran. Semakin besar anggaran, semakin baik.  Sementara dimensi pertama yang lebih kualitatif jauh lebih sulit.  Untuk dimensi pertama inilah, praktek pendidikan kita selama ini kedodoran. Artinya proses pembelajaran di banyak sekolah kita tidak berlangsung efektif: tidak membangun karakter dan kompetensi-kompetensi kunci yang diperlukan agar hidup sehat dan produktif.